23 November 2015

Eleanor & Park


Eleanor itu gendut
Dirinya pun berpikir dia begitu...
Sebenarnya dia tidak segendut yang dipikirkannya
Pikirnya, aku pasti tidak semenjijikkan itu

Bono, vokali U2, bertemu istrinya di SMA, kata Park
Begitu pula Jerry Lee Lewis, jawab Eleanor
Aku tidak bercanda, Park meyakinkan
Tentu, Eleanor menambahkan, kita ini 16 tahun
Bagaimana dengan Romeo dan Juliet ?
Dangkal, bingung, lalu mati
Aku mencintaimu, Park meyakinkan
Karena itulah..., jawab Eleanor
Aku tidak bercanda, katanya
Kau memang tidak boleh bercanda

Skefo, gambar yang di atas itu bukan cover terbitan Phoenix. Karena yang itu sedikit aneh dan kurang nyaman dilihat (sorry). Ngomong-ngomong soal cover, terutama untuk novel, saya tidak begitu terkesan dengan desain yang bergambar manusia. Lebih suka kalau mengambil tema lain yang tetap menggambarkan isi. Daun-daun kering, pohon-pohon, jalan raya, sepeda, langit, pelangi, kereta, jam dinding dan benda-benda lainnya lebih menarik di mata ketimbang foto manusia. Eh tapi, seumur-umur saya belum pernah lihat cover novel bergambar tiang listrik dengan kabel-kabel melintang yang berlatar langit sore. Pasti keren kalau ada yang semacam itu. Oke, back to the topic!

Tertarik baca novel ini karena ada embel-embel "Buku Fiksi Terbaik Boston Globe Book Award 2013" serta rating bagus dari beberapa review yang saya baca. Selain novel ini, ada pula Fangirl, novel lain Rainbow Rowell yang juga banyak dibicarakan. Tapi ini novelnya yang pertama saya baca. Kalau suka, mungkin saya akan membaca novelnya yang lain.

Bermula dari bulan Agustus 1986. Eleanor, murid baru di sebuah sekolah menengah di Omaha, dan Park Sheridan, remaja blasteran Amerika-Korea, terpaksa duduk bersebelahan dalam bus sekolah setiap hari. Eleanor berasal dari keluarga yang kacau. Tinggal bersama ibu dan keempat adiknya serta ayah tiri yang pemabuk dan gemar melempar barang-barang ketika marah. Sementara Park dibesarkan dalam keluarga harmonis yang langka. Eleanor dengan gaya pakaian yang nyentrik dan Park yang tenang, disukai dan jago Taekwondo. Mereka saling mengacuhkan, tak pernah berbicara satu sama lain. Eleanor menyebut Park Anak Asia Bodoh, sementara Park menyebut Eleanor Gadis Aneh. Kekakuan di antara mereka perlahan luntur ketika Park yang doyan baca komik menyadari bahwa Eleanor juga ikut membaca komiknya selama perjalanan dalam bus. Dan cerita pun berlanjut. Silakan baca sendiri yah.

Bagi yang kangen era 90-an, novel ini menawarkan nuansa semacam itu. Kaset pita, telepon rumah, film Chocolate Factory, walkman, U2, piringan hitam. Jadi ingat masa ketika dering telepon rumah menjadi sesuatu yang mewah. Kau akan berebutan dengan adikmu demi menjadi yang pertama mengangkat telepon. Atau kau akan mengingatkan seisi rumah kalau kau sedang menunggu telepon penting dari seorang teman. Walkman, kaset pita dan sekotak baterai juga menjadi teman yang setia. Kau bisa belajar semalaman suntuk bersama mereka. Atau membaca setumpuk komik di sela-sela tugas sekolah. Saya menikmati bagian ini. Dan juga bagian awal-awal cerita yang temponya berubah-ubah. Membuatmu senyum-senyum sendiri dan ber-ciee selama membaca. Yang saya suka adalah kekakuan antara Eleanor dan Park yang cair dengan begitu natural. Bahkan nyaris tanpa kata-kata perkenalan atau semacamnya. Bagaimana bisa suasana akrab terjalin pada orang yang duduk berdampingan dan tak pernah berbicara satu sama lain ? Padahal sebelumnya mereka berusaha saling menyingkirkan dalam diam. Berterima kasihlah pada komik-komik itu.

Karakter Park tenang, tapi sikapnya kadang tak terduga. Itu yang membuatnya menyenangkan. Dia tidak sepopuler Ezra dalam The Beginning of Everything. Tapi cukup disukai orang-orang. Dan bagi orang yang berdarah campuran, Park merasa tidak punya tempat di antara kawan-kawannya. Orang-orang selalu menganggapnya sebagai orang Asia, tapi Park lahir dan besar di Amerika, tak pernah menginjak Korea dan bahkan jarang mendengar tentang Korea dari ibunya sendiri. Park tak pernah menanggap dirinya menarik karena standar menarik bagi Amerika bukan yang seperti dia. Teman-temannya menganggapnya feminin karena kulitnya yang dominan Asia.

Eleanor berambut merah keriting, bertubuh besar dan gaya pakaian yang aneh. Nyaris tak ada yang mau jadi temannya karena tampilan fisiknya. Dia menyadari kekurangannya tapi selalu menjadi dirinya sendiri. Walaupun dia gampang tersinggung ketika ada yang mengomentari kekurangan itu. Dia tidak berusaha mengubah dandanannya karena sudah nyaman seperti itu. Kuat dan cengeng di waktu yang bersamaan. Kuat karena bisa menahan ejekan dan kelakuan Tina and the gank. Kuat karena tak perlu menceritakan pada ibunya yang bisa membuatnya khawatir. Tapi moodnya berubah-ubah dan cepat tersinggung, terutama jika bersama Park. Menjengkelkan juga tokoh ini.

Sayangnya ciee-ciee yang sering dilontarkan di awal, hanya berhenti sampai di situ. Ketika dialog ambil bagian dan ketika hubungan semakin dekat, itu berubah menjadi berlebihan. Saya tidak suka kata-kata yang berlebihan. Mencintaimu selamanya. Milikmu selalu. Kau matahariku. Dan kata-kata semisal itu, cenderung emosional. Kau tahulah. Di satu sisi mungkin kau ingin memercayainya. Tapi kau juga tahu bahwa sebagian besarnya hanya omong kosong. Ketika berjanji, orang sering tidak menyadari apa yang mereka katakan. Maksudku bukan tentang Eleanor atau Park (saya menyukai kedua tokoh ini), tapi kalimat-kalimatnya secara umum. Tentu tidak semuanya seperti itu, sebagiannya lagi tetap realistis dan menyentuh. Tapi tetap saja yang tadi itu sedikit mengganggu. Saya suka kata-kata yang dingin, sedikit kejam tapi jujur dan tidak mengada-ada, dengan campuran antara pahit dan manis. Seperti cokelat mungkin. Saya tidak terkesan kalau ada banyak kalimat cinta. Menulis kata ini pun canggung rasanya. Karena sulit diukur dan terlalu rumit  menentukan kriteria objektifnya. Kenapa tidak disederhanakan saja menjadi suka atau kagum ? Ini lebih mudah menurutku. Tapi ya suka-suka penulisnya toh, mau menulis apa saja yang dia mau.

Akhir cerita boleh dibilang menggantung. Pembaca disuruh menebak-nebak isi pesan di baris terakhir. Tapi opsi mana saja tidak masalah. Saya sudah terhibur membaca novel ini di tengah kerjaan kampus.
05 November 2015

Arigatou

Entah kapan terakhir kali mendengar kata-kata Mr. Children ini. Karena suatu alasan tertentu, malam ini jadi teringat kembali. Akan tiba masa ketika kita harus menjalani kehidupan sendiri-sendiri. Maka datang dan pergi adalah hal yang biasa. Jadi, terima kasih karena telah bersedia membaca coretan-coretanku. Terima kasih.

Sayonara ga mukae ni kuru koto
Even if we knew from the beginning

Saisho kara wakatte ita to shitatte
That we would eventually have to say goodbye

Mou ikkai, mou ikkai
Once more, once more

Mou ikkai, mou ikkai
Once more. once more

Kimi ni kokoro kara arigatou o iu yo
I want to say "thank you" to you from my heart

(Hanabi, Mr. Children)
 
;