28 April 2016

Random (9)

Gud morning, epribadeeh!! Apa kabar ? Alhamdulillah saya di sini baik-baik saja. *siapa yang nanya ?^^ 

Belakangan ini saya jadi pelupa. Lupa helm di lantai 3 sementara saya sudah di parkiran. Lupa menanyakan pertanyaan yang sama ke orang yang sama selama tiga minggu berturut-turut. Lupa janji ketemu teman, padahal kita mau minum es kelapa muda, hikz! Lupa kembalikan buku-bukunya orang, karena sudah serasa milik sendiri *dilempar sepatu. Dan lupa kalau ada blog yang harus ditunaikan haknya. Untunglah saya tidak lupa nama sendiri. Itu amnesia namanya. 

Well, aktivitas tidak banyak berubah sejak datang ke sini setahun lalu. Wow, sudah setahun rupanya. Tidak terasa, ya. Rutinitas biasanya berputar di 6 K : Kampus, Kamar, Kajian, Kamali, Kota Mara dan Kajili-jili. Yang terakhir itu mungkin hanya orang selatan yang paham. Tapi anggap saja itu rutinitas acak supaya tidak bosan. Kampus-kamar berlangsung selama beberapa hari seminggu. Ikut kajian minimal dua kali sepekan. Insya Allah bulan depan akan ada Tabligh Akbar di masjid raya kota ini. Bertahun-tahun halaqah di Makassar kemudian pindah ke halaqah baru, dengan orang-orang baru, di tempat baru, dengan kultur yang sama sekali berbeda bukanlah proses yang mudah. Sepupu pernah bilang waktu terakhir ketemu, katanya mungkin saya belum dapat chemistry-nya. Tapi pelan-pelan saya mulai merasa nyaman di sini. Kenyamanan juga butuh waktu, nikmati saja. 

Kamali itu area pantai. Kadang-kadang seminggu atau dua minggu sekali makan di salah satu kedai di area ini. Kadang sendiri, kadang sama teman dan kadang sama paman dan bibi. Btw, orang sini kebiasaannya panggil paman dan bibi, bukan om dan tante. Kota Mara juga wilayah pantai, ada Islamic Center di sana. Saya juga belum tahu kenapa disebut kota. Saya suka lewat sini sore-sore karena pemandangan laut dan langitnya. Ingat tidak saya pernah bilang kalo belum ada tempat di mana matahari terbenam begitu indah selain di pantai kota Benteng ? Ingat ? Nampaknya saya harus merevisi kata-kata itu. Karena langit sore di sini cantik betul, apalagi selepas hujan. Kadang-kadang awannya berwarna pink, seperti warna permen kapas. Rembulan juga terlihat lebih terang dan besar. Mungkin karena pengaruh topografinya yang bergunung-gunung. Kadang-kadang selepas makan malam, saya ikut paman dan bibi mutar-mutar keliling kota. Pemandangan paling bagus terlihat dari benteng keraton. Karena kota yang dihiasi lampu-lampu terlihat kecil dari atas situ.   

Oke cukup sekian kabar-kabarinya. Sekarang mau bahas buku dulu. Soalnya belum tahu kapan bisa update tulisan lagi. Semakin hari saya semakin jarang mencoret-coret di blog. Padahal ada banyak yang ingin saya tuliskan. Toko buku jarang dijumpai di kota ini. Kalau pun ada, beberapa di antaranya buku bajakan. Kemarin sempat nemu Bumi Manusia-nya Pram di salah satu toko buku. Tapi harganya hampir setengah harga normal. Setelah saya perhatikan, kualitas kertasnya juga beda. Rasanya berdosa kalau beli buku bajakan, apalagi bukunya Pramoedya. Jadi demi memuaskan hasrat membaca, pesan online jadi satu-satunya pilihan. 

Salah satu jenis buku yang saya suka adalah buku yang membuat pembacanya lebih mengenal diri mereka sendiri. Seperti Think Like A Freak dan Hector And The Search For Happiness yang baru-baru ini saya baca. Yang satu non fiksi dan satunya lagi novel yang sepertinya banyak mengambil kisah pribadi penulis. Selain itu saya juga suka buku yang mengupas karakter manusia seperti karakter menurut golongan darah atau karakter berdasarkan sidik jari. Walau kupikir analisis sidik jari lebih akurat dibanding golongan darah. Salah satu sepupu yang kuliah di jurusan komunikasi sering mengoleksi buku-buku pengembangan diri. Malcolm Gladwell, David J. Lieberman dan Dale Carniege saya tahu lewat dia. 

Selera baca saya banyak dipengaruhi orang lain. Mulai tertarik tema konspirasi waktu SMA setelah baca bukunya Rizki Ridyasmara berjudul Knight Templar Knight of Christ yang dibawa pulang sepupu saat libur semester. Mulai nge-fans sama Andrea Hirata ketika pra kuliah dulu teman sepupu berkunjung dan membawa novel Laskar Pelangi. Waktu itu belum ada label bestseller-nya. Mulai suka novel-novelnya Gayle Forman ketika suatu hari diundang teman makan siang di rumahnya, dan secara tak sengaja melihat If I Stay di salah satu deretan bukunya. Mulai baca trilogy Titik Nol-nya Agustinus Wibowo setelah tak sengaja melihat rombongan perempuan berparas Masyaa Allah di pelataran masjid, dan mereka berasal dari Kazakhstan. Mulai suka buku-bukunya Adian Husaini setelah baca novel Kemi yang secara tak sengaja (ah, kenapa banyak sekali ketaksengajaan dalam hidup saya ?) ditemukan di salah satu stan ketika ikut seminar di LAN. 

Mulai suka Haruki Murakami setelah membaca Norwegian Wood. Yang setelah itu lanjut ke buku-bukunya yang sudah diterjemahkan. Tapi sebenarnya ketertarikan pada novel-novel Jepang dimulai jauh sebelum itu, setelah membaca novel thriller-nya Ryu Murakami berjudul In the Miso Soup dan genre komedi berjudul Tahun 69 yang dipinjam di Snoppy. Dan jika waktu diundur lagi, mungkin setelah membaca dwilogi Samurai-nya Takashi Matsuoka yang dipinjam dari seorang teman. Atau mungkin setelah baca tetralogi Klan Otori yang dipinjam dari temannya teman. Saya sendiri sudah lupa yang mana duluan. 

Hector And The Search For Happiness, Think Like A Freak, Ugly Love, O-nya Eka Kurniawan dan Seribu Bangau (Senbazuru)-nya Yasunari Kawabata adalah buku-buku yang sebulan terakhir saya baca. Ini pertama kalinya baca karya Kawabata atas rekomendasi seorang penikmat sastra. Menurutnya, Kawabata lebih bagus dari Murakami. Wow, penasaran juga. Beberapa tahun lalu pernah lihat Snow Country-nya di gramed, tapi belum minat beli. Setelah itu masih ada antrian Never Let Me Go-nya Kazuo Ishiguro, What I Talk About When I Talk About Running-nya Haruki Murakami dan beberapa buku lagi. The Silmarillion-nya J.R.R Tolkie belum ada sepertiga saya baca. Banyaknya tokoh dan rumitnya sejarah dunia Middle-Earth membuat buku ini harus dibaca dalam mode petapa. Selain itu masih ada buku-buku kuliah yang memang jadi bacaan wajib. Karena pekerjaan yang sekarang membuat saya belajar jauh lebih keras dibanding waktu kuliah. Hehehe…

Yap, sekian cuap-cuapnya. Sudah ada panggilan rapat dari tadi. Sampai ketemu di tulisan berikutnya ^^
 
;