Akhir-akhir ini
rasanya sulit untuk tidur jika belum lewat pukul 3 pagi. Kebiasaan lama
sepertinya muncul kembali. Entah ini masuk kategori insomnia atau bukan. Tapi
mungkin memang bukan. Yeah, maksudnya Alhamdulillah, sejauh ini masih sehat
luar biasa. Gara-gara kebiasaan ini pula, dulu nenek sering menyindir dengan
sebutan Manusia Kelelawar. Kadang sampai harus bersitegang karena berulang kali
disuruh tidur tapi saya selalu menolak. Setelah kuliah dan belajar kesehatan, perlahan-lahan
kebiasaan itu dihentikan. Hanya sesekali jika tugas sedang ngantri atau saat
menyusun TA. Rasanya memang lebih santai. Sebelumnya saya sering merasa bebas
tapi sulit untuk rileks. Sementara setelahnya, tidak begitu bebas bahkan
cenderung tertutup, tapi jadi lebih rileks dan tenang. Seperti ada sedikit
beban yang terangkat.
Sebenarnya tidak
ada masalah dengan tidur. Saya bisa tidur kapan saja, di mana saja dan dalam
suasana apapun. Bisa tidur di ruang yang terang bisa juga gelap-gelapan. Bisa
tidur di meja, bisa juga di kursi. Bisa tidur tanpa bantal dan tentu saja,
lebih nyenyak pakai bantal. Bisa di dalam kamar, bisa juga di alam terbuka,
asal bukan di Gurun Sahara saat matahari tepat di atas ubun-ubun. Sebenarnya
bisa, tapi saya harus berdoa dulu supaya salju turun di sana. Oke, lupakan.
Faktor
keterlambatan menuju pulau kapuk ini umumnya karena menulis. Tengah malam atau
subuh hari adalah waktu paling sempurna untuk menulis dan kerja tugas. Tak ada
gangguan. Kadang jika mengejar deadline buletin, saya akan menunggu sampai penghuni
lain tertidur, setelah itu barulah proses menulis dimulai. Tetapi yang menjadi
masalah adalah, malam terkadang, walau sangat jarang, menghadirkan suasana yang
berbeda dari biasanya. Entah bagaimana mendeskripsikannya, tetapi ia seperti
gabungan antara tenang dan kelam. Apalagi jika langit kedatangan bulan, eh
maksudnya bulan muncul di langit. Sesuatu yang terasa tidak asing sebenarnya,
tapi momennya benar-benar tidak tepat. Tak jarang hal-hal yang sebelumnya telah
terkunci rapat di laci kenangan, tiba-tiba, tanpa tahu diri muncul begitu saja.
Sesuatu yang dianggap telah hilang, ternyata masih tersimpan rapi di sekat
memori otak.
Entah kenapa, tapi begitulah adanya. Ck, sebenarnya
saya juga tidak tahu mau cerita apa. Anggap saja saya sedang ngelantur karena
mabuk kopi. Yeah, maksudku kadang ada hal-hal yang kupikir sudah terlupakan
tapi ternyata tidak. Ia muncul begitu saja tanpa diminta, dan diharapkan.