24 September 2012

Mabuk Kopi

Akhir-akhir ini rasanya sulit untuk tidur jika belum lewat pukul 3 pagi. Kebiasaan lama sepertinya muncul kembali. Entah ini masuk kategori insomnia atau bukan. Tapi mungkin memang bukan. Yeah, maksudnya Alhamdulillah, sejauh ini masih sehat luar biasa. Gara-gara kebiasaan ini pula, dulu nenek sering menyindir dengan sebutan Manusia Kelelawar. Kadang sampai harus bersitegang karena berulang kali disuruh tidur tapi saya selalu menolak. Setelah kuliah dan belajar kesehatan, perlahan-lahan kebiasaan itu dihentikan. Hanya sesekali jika tugas sedang ngantri atau saat menyusun TA. Rasanya memang lebih santai. Sebelumnya saya sering merasa bebas tapi sulit untuk rileks. Sementara setelahnya, tidak begitu bebas bahkan cenderung tertutup, tapi jadi lebih rileks dan tenang. Seperti ada sedikit beban yang terangkat.

Sebenarnya tidak ada masalah dengan tidur. Saya bisa tidur kapan saja, di mana saja dan dalam suasana apapun. Bisa tidur di ruang yang terang bisa juga gelap-gelapan. Bisa tidur di meja, bisa juga di kursi. Bisa tidur tanpa bantal dan tentu saja, lebih nyenyak pakai bantal. Bisa di dalam kamar, bisa juga di alam terbuka, asal bukan di Gurun Sahara saat matahari tepat di atas ubun-ubun. Sebenarnya bisa, tapi saya harus berdoa dulu supaya salju turun di sana. Oke, lupakan. 

Faktor keterlambatan menuju pulau kapuk ini umumnya karena menulis. Tengah malam atau subuh hari adalah waktu paling sempurna untuk menulis dan kerja tugas. Tak ada gangguan. Kadang jika mengejar deadline buletin, saya akan menunggu sampai penghuni lain tertidur, setelah itu barulah proses menulis dimulai. Tetapi yang menjadi masalah adalah, malam terkadang, walau sangat jarang, menghadirkan suasana yang berbeda dari biasanya. Entah bagaimana mendeskripsikannya, tetapi ia seperti gabungan antara tenang dan kelam. Apalagi jika langit kedatangan bulan, eh maksudnya bulan muncul di langit. Sesuatu yang terasa tidak asing sebenarnya, tapi momennya benar-benar tidak tepat. Tak jarang hal-hal yang sebelumnya telah terkunci rapat di laci kenangan, tiba-tiba, tanpa tahu diri muncul begitu saja. Sesuatu yang dianggap telah hilang, ternyata masih tersimpan rapi di sekat memori otak. 

Entah kenapa, tapi begitulah adanya. Ck, sebenarnya saya juga tidak tahu mau cerita apa. Anggap saja saya sedang ngelantur karena mabuk kopi. Yeah, maksudku kadang ada hal-hal yang kupikir sudah terlupakan tapi ternyata tidak. Ia muncul begitu saja tanpa diminta, dan diharapkan.
 
;