Hello darkness, my old friend
I've come to talk with you again
Jarum jam adalah pilihan terakhir yang ingin kudengar setiap kali akan terpejam. Di puncak malam, ketika hari telah berganti nama, kesunyian mampu membuat detak arloji dan air yang menetes dari kran terdengar seperti tabuhan drum. Tapi kali ini aku butuh bunyi geseran jarum jam. Butuh bunyi tetesan air. Butuh derit kipas angin yang sudah tak bisa lagi berputar ke kanan. Butuh itu semua, hanya untuk mengingatkan bahwa waktu belum berhenti. Belum usai. Pada setiap renungan, begitu banyak kedamaian. Dan pada sisi lainnya, ia sampai pada kesimpulan yang menyakitkan. Jika hanya menyandarkannya pada keindahan, sampai batas mana kau akan bertahan ?
Pada waktu yang belum selesai, kukatakan padamu,
Tak seharusnya ia berada di sana. Tak seharusnya ia singgah di saat kau telah berlalu. Dari tempat kita terdiam dan membisu. Dari tanya yang tak kunjung usai. Dan pada jawab yang tak kunjung sampai. Ah, betapa jauh kita terlempar pergi.
People talking without speaking
People hearing without listening
Ada saat kau merasa begitu berat membuka mata karena tak ingin lagi melihat apapun. Tak ingin mengingat hari kemarin dan tak membutuhkan hari esok. Pun ada saat ketika kau justru tak ingin memejamkan mata meski malam telah sekarat. Tak ingin yang kau lihat dan rasa berserah diri pada semunya mimpi. Ada saat kau ikut tertawa tanpa tahu mengapa. Pun ada saat kau menangis, tak tahu mengapa. Mungkin kau memang perlu tertawa, menertawakan kesunyian. Mungkin kau perlu menangis, menangisi keriuhan.
This is me pretending
This is all I need
Ada saat ketika kau sangat menginginkan hangat matahari, namun langit malah menurunkan hujan. Mungkin langit ingin membantumu. Mungkin kau perlu membersihkan diri. Mungkin kau perlu berkaca pada genangan air. Melihat lebih dalam. Bagaimana jika kau temukan wajah lain di sana ? Kau tersenyum tetapi bayang itu sebaliknya. Kau marah, dan ia pun menertawakanmu.
Pada waktu yang belum usai, katakan padaku,
Bertahanlah di sana. Lihatlah di kedua sisimu. Lihatlah di balik punggungmu. Ada yang selalu menanti, mengulurkan tangan kapan pun kau butuh. Siap menahan dan menarikmu di saat yang tepat.
Cukup katakan itu,
Dan aku akan baik-baik saja.
I've come to talk with you again
Jarum jam adalah pilihan terakhir yang ingin kudengar setiap kali akan terpejam. Di puncak malam, ketika hari telah berganti nama, kesunyian mampu membuat detak arloji dan air yang menetes dari kran terdengar seperti tabuhan drum. Tapi kali ini aku butuh bunyi geseran jarum jam. Butuh bunyi tetesan air. Butuh derit kipas angin yang sudah tak bisa lagi berputar ke kanan. Butuh itu semua, hanya untuk mengingatkan bahwa waktu belum berhenti. Belum usai. Pada setiap renungan, begitu banyak kedamaian. Dan pada sisi lainnya, ia sampai pada kesimpulan yang menyakitkan. Jika hanya menyandarkannya pada keindahan, sampai batas mana kau akan bertahan ?
Pada waktu yang belum selesai, kukatakan padamu,
Tak seharusnya ia berada di sana. Tak seharusnya ia singgah di saat kau telah berlalu. Dari tempat kita terdiam dan membisu. Dari tanya yang tak kunjung usai. Dan pada jawab yang tak kunjung sampai. Ah, betapa jauh kita terlempar pergi.
People talking without speaking
People hearing without listening
Ada saat kau merasa begitu berat membuka mata karena tak ingin lagi melihat apapun. Tak ingin mengingat hari kemarin dan tak membutuhkan hari esok. Pun ada saat ketika kau justru tak ingin memejamkan mata meski malam telah sekarat. Tak ingin yang kau lihat dan rasa berserah diri pada semunya mimpi. Ada saat kau ikut tertawa tanpa tahu mengapa. Pun ada saat kau menangis, tak tahu mengapa. Mungkin kau memang perlu tertawa, menertawakan kesunyian. Mungkin kau perlu menangis, menangisi keriuhan.
This is me pretending
This is all I need
Ada saat ketika kau sangat menginginkan hangat matahari, namun langit malah menurunkan hujan. Mungkin langit ingin membantumu. Mungkin kau perlu membersihkan diri. Mungkin kau perlu berkaca pada genangan air. Melihat lebih dalam. Bagaimana jika kau temukan wajah lain di sana ? Kau tersenyum tetapi bayang itu sebaliknya. Kau marah, dan ia pun menertawakanmu.
Pada waktu yang belum usai, katakan padaku,
Bertahanlah di sana. Lihatlah di kedua sisimu. Lihatlah di balik punggungmu. Ada yang selalu menanti, mengulurkan tangan kapan pun kau butuh. Siap menahan dan menarikmu di saat yang tepat.
Cukup katakan itu,
Dan aku akan baik-baik saja.