23 March 2012

Harlem Beat (Ending)

"Cuaca sering berubah-ubah ya ? seperti hati."

Kalau tidak salah itu adalah kalimat pembuka salah satu novel karangan Tere-Liye. Lalu apa hubungannya dengan tulisan ini ? Tidak ada. Hanya saja sekarang di luar hujan turun cukup deras. Belakangan ini cuaca sulit ditebak. Sebentar hujan, sebentar terik. Mengingatkan saya akan kalimat pembuka tadi. Sekarang waktu menunjukkan pukul 01.00 am. Di luar hujan turun deras. Segelas teh hangat di samping laptop sudah tandas. Dingin-dingin begini memang paling enak minum teh hangat sambil makan gorengan. Hehehe

Well, kemarin saya baru saja menamatkan serial komik jadul berjudul Harlem Beat. Komik ini adalah salah satu komik favoritku. Pertama kali membacanya waktu masih kelas satu SMA. Tapi waktu itu serialnya tidak lengkap dan baru sekarang saya membaca lanjutannya. Rasanya sedih juga mengatakan Sayonara pada tokoh-tokoh-nya, Naruse, Sawamura, Sakurai, Kiriko, Mizuki, Kobayashi, dll. Terutama si Sawamura.

Sampai akhir, Sawamura, pahlawan street basket ini tetaplah si cuek yang mata duitan. Saya suka penggambaran tokoh Sawamura sebagai orang yang bebas dan tidak terlibat hubungan romansa dengan siapapun. Penulisnya saja bahkan tidak tahu sampai kapan Sawamura akan bertahan di tim basket SMA Johnan mengingat sifatnya yang tidak suka dikekang. Karakter tokoh ini mirip Kirimaru di Ninja Rantaro dan Ma’il di Upin Ipin. Sama-sama cuek, pekerja keras dan tentu saja, mata duitan.




Sakurai (Syu) dan Kiriko telah lulus SMA. Syu masuk universitas jurusan kedokteran dan Kiriko berminat jadi penata rambut (heran juga sama pilihan Kiriko). Hubungan mereka yang kaku akhirnya bisa mencair. Kiriko bahkan menerima ajakan Syu untuk berlibur sementara waktu. Syu, si kapten basket berkacamata yang lembut dan baik hati dan Kiriko, si manajer klub basket yang selalu dijuluki penyihir karena kejahilannya. Ia sering tidak dianggap sebagai perempuan karena kejahilannya yang keterlaluan. Tapi si kapten dan manajer tetap cocok satu sama lain. Meski Syu dkk telah lulus, tim basket Johnan terus beregenerasi. Banyak pemain-pemain baru yang akan melanjutkan perjuangan mereka. Tugas Naruse, Sawamura dan Kobayashi selanjutnya adalah membawa Johnan menjadi pemenang di pertandingan basket nasional.

Terharu juga pas sampai endingnya. Kalau dibandingkan, komik-komik jadul macam Harlem Beat, Slum Dunk, dan Rose Of Versailles masih lebih menyenangkan dibaca dibanding komik-komik yang beredar sekarang. Membaca komik ini selalu mengingatkan masa-masa SMA. Karena sewaktu SMA saya suka sekali baca komik di perpustakaan. Jadi membaca komik ini membuat saya bernostalgi dengan ruang perpus itu.


“Suatu saat nanti, akan tiba waktunya, saat masa muda itu berlalu menjadi sebuah kenangan. Namun perasaan dan impian di masa itu takkan menghilang. Walaupun tertimbun dalam kesibukan sehari-hari yang padat, ia akan terus bersinar di suatu tempat yang isitmewa di hati kita. Jadi, janganlah kamu melupakannya. Di dalam dirimu ada batu permata yang akan selalu bercahaya, kalau kamu merentangkan tangan, ia pasti akan selalu memberimu kekuatan. Di saat hari esok tidak terlihat, ia akan menjadi obor yang akan menunjukkan jalan. Kemudian, kamu pun suatu saat nanti akan jadi pahlawan yang bersinar”  
~Harlem Beat, halaman terakhir~
 
;