Beberapa hari yang lalu saya ke rumah sakit menjenguk ibu seorang teman yang terkena kanker. Sebenarnya saya tidak terlalu suka rumah sakit. Bukan karena takut dokter, jarum suntik atau obat-obatan, tapi rumah sakit identik dengan penderitaan. Jika melewati kamar-kamar pasien, yang terlihat adalah manusia-manusia yang berjuang melawan ganasnya penyakit. Seperti itu pula pemandangan yang saya temui di kamar tempat ibu itu dirawat, erangan kesakitan yang tak putus-putus. Saya terenyuh ketika di sela-sela rasa sakitnya, ibu itu berkata pada teman saya, anaknya, “Tolong ibu, nak”. Teman saya terdiam mendengarnya. Ia menunduk dalam-dalam di sisi ibunya, merenggut seprai, berusaha mengumpulkan kekuatan. Ia lalu mengangkat wajah, membelai kening ibunya dan terus membesarkan hatinya. Setelah beberapa lama akhirnya ibu itu bisa tertidur. Teman saya masih menelungkupkan wajah ke tangan ibunya. Saya menyentuh pundaknya, dan mendapati matanya berkaca-kaca menahan tangis. Di luar, azan ashar berkumandang.
*************************
Kemarin, jam 8 malam saya sudah tepar. Berhubung kegiatan hari itu cukup menguras tenaga, sepulang dari kampus saya langsung mencari bantal dan...zzzzz. Mendekati pukul 12, hp berdering tanda panggilan masuk. Dengan malas saya mengangkat telepon tanpa melihat dari siapa. Ternyata dari seorang teman (ya iyalah). Dia satu tingkat di atas saya tapi kami akrab seperti layaknya teman sebaya. Dia mengabarkan akan menikah bulan depan. Mata saya langsung melebar, kaget mendengarnya. Saya tidak menyangka jodohnya akan datang secepat itu. Saya selalu berpikir dia masih muda dan belum ada tanda-tanda akan menikah. Ternyata yang namanya jodoh memang tidak pandang bulu. Berkurang lagi deh, satu teman yang single. :D Barakallah...barakallah...
*************************
Hari ini, di rumah salah seorang sepupu, saya menikmati sore ditemani sebuah buku. Saya senang membaca di tempat terbuka, jadi saya memilih teras lantai dua. Tapi kesenangan sore itu terusik oleh sepasang manusia yang asyik berpacaran di depan rumah. Saya berusaha mengabaikannya tapi gaya mereka berpacaran justru mengundang perhatian siapapun yang lewat. Jadi saya memilih kembali ke kamar dan melanjutkan bacaan di sana. Ah, semakin hari dunia ini semakin parah.
*************************
Entah kenapa, akhir-akhir ini saya merasa lebih ringan menulis. Seperti ada ikatan yang lepas. Yang membuat saya benar-benar menikmati menulis. Saya senang.