“Kudooo, galau ka. Mau ka peluk Inuyasha. Mau ka tarik-tarik kupingnya.”
Belakangan ini frekuensi galau mahasiswa tingkat akhir mencapai
puncaknya, terlebih menjelang ujian skripsi. Seperti yang terjadi pada
teman saya. Namanya Yoru, sebut saja begitu, karena dia sangat suka
malam. Entah ada apa dengan malam sampai dia bisa sesuka itu. Pernah
suatu ketika saat PLN memutuskan arus listrik, dia menelpon hanya untuk
mengabarkan berita paling tidak penting sedunia.
Yoru : “Oii, tahu nggak saya ada di mana sekarang?”
Saya : “Hmm, planet Mars ?”
Yoru : “Di lapangan PKM. Hahaha. Tidak ada siapa-siapa di sini”
Saya : “Oh”
Yoru : “Tahu nggak saya lagi ngapain ?”
Saya : “Gantung diri ?”
Yoru : “Berbaring”
Saya : “Oh”
Yoru : “Tahu nggak apa yang saya lihat ?”
Saya : “Penampakan ?”
Yoru : “Malam. Hahaha. Gila, kereeen.”
Saya : “Oh”
Telepon ditutup. Obsesi seseorang pada sesuatu memang bisa membuatnya
melakukan berbagai keanehan. Hanya karena malam dan bertepatan dengan
listrik padam, dia nekat ke lapangan PKM bahkan tidur-tiduran di sana.
Kalau ada satpam yang lewat saat itu mungkin dia sudah masuk headline
koran kampus. Tapi saya memaklumi keanehannya. Sama seperti dia
memaklumi keanehan saya kalau ketemu sama bulan.
Belakangan ini si Yoru uring-uringan gegara skripsi. Sebentar
berbaring, sebentar mengetik dan sebentar-sebentar berteriak. Jangan
sekali-sekali melontarkan pertanyaan “Kapan” kepada penderita galau tipe
ini. Berani tanya-tanya bisa kena semprot. Kegalauan yang diakibatkan
skripsi bahkan bisa meningkat stadiumnya menjadi kegilaan. Terlihat dari
obsesinya memeluk tokoh anime yang mustahil eksistensinya di dunia
nyata. Sebelum berita ini diturunkan, dia masih sempat mengigau tentang
makhluk setengah siluman itu. Akhir-akhir ini dia punya obsesi baru yang
tak kalah anehnya : menjadi dubber anime. Sempurna.
Tapi walaupun kelihatan galau dan seekspresif itu, pada dasarnya dia
pintar menyembunyikan perasaan dan termasuk tipe manusia yang kuat
menanggung beban. Dia pernah melewati hari-hari berat menahan rasa sakit
yang sangat, bahkan terlihat seperti hampir mati tetapi bersikeras
untuk tidak memberitahu keluarganya. Dalam hal finansial pun cukup
mandiri. Dia sering bekerja sampingan demi memenuhi kebutuhan hidup.
Dari hasil kerjanya dia mampu membeli sebuah kamera. Sayangnya,
baru-baru ini kamera itu hilang di bandara. Ah, mahasiswa kalau
menjelang ujian akhir memang banyak cobaannya.
Dalam hal penampilan juga dia tidak banyak tingkah, simpel dan tidak
feminim sama sekali. Jilbab, baju lengan panjang, rok, kaos kaki dan
sandal gunung. Begitu saja. Kalau hanya mendengar suaranya, orang sering
salah mengira dia laki-laki. Semoga ujian skripsinya dimudahkan. Tidak
ada yang tahu bagaimana hidup selanjutnya. Selepas wisuda mungkin dia
akan kembali ke rumah, atau malah semakin menjauh dari rumah. Tak ada
yang tahu.