05 March 2013

Yang Galau Yang Mengigau

“Kudooo, galau ka. Mau ka peluk Inuyasha. Mau ka tarik-tarik kupingnya.”

Belakangan ini frekuensi galau mahasiswa tingkat akhir mencapai puncaknya, terlebih menjelang ujian skripsi. Seperti yang terjadi pada teman saya. Namanya Yoru, sebut saja begitu, karena dia sangat suka malam. Entah ada apa dengan malam sampai dia bisa sesuka itu. Pernah suatu ketika saat PLN memutuskan arus listrik, dia menelpon hanya untuk mengabarkan berita paling tidak penting sedunia.

Yoru : “Oii, tahu nggak saya ada di mana sekarang?”
Saya : “Hmm, planet Mars ?”
Yoru : “Di lapangan PKM. Hahaha. Tidak ada siapa-siapa di sini”
Saya : “Oh”
Yoru : “Tahu nggak saya lagi ngapain ?”
Saya : “Gantung diri ?”
Yoru : “Berbaring”
Saya : “Oh”
Yoru : “Tahu nggak apa yang saya lihat ?”
Saya : “Penampakan ?”
Yoru : “Malam. Hahaha. Gila, kereeen.”
Saya : “Oh”

Telepon ditutup. Obsesi seseorang pada sesuatu memang bisa membuatnya melakukan berbagai keanehan. Hanya karena malam dan bertepatan dengan listrik padam, dia nekat ke lapangan PKM bahkan tidur-tiduran di sana. Kalau ada satpam yang lewat saat itu mungkin dia sudah masuk headline koran kampus. Tapi saya memaklumi keanehannya. Sama seperti dia memaklumi keanehan saya kalau ketemu sama bulan.

Belakangan ini si Yoru uring-uringan gegara skripsi. Sebentar berbaring, sebentar mengetik dan sebentar-sebentar berteriak. Jangan sekali-sekali melontarkan pertanyaan “Kapan” kepada penderita galau tipe ini. Berani tanya-tanya bisa kena semprot. Kegalauan yang diakibatkan skripsi bahkan bisa meningkat stadiumnya menjadi kegilaan. Terlihat dari obsesinya memeluk tokoh anime yang mustahil eksistensinya di dunia nyata. Sebelum berita ini diturunkan, dia masih sempat mengigau tentang makhluk setengah siluman itu. Akhir-akhir ini dia punya obsesi baru yang tak kalah anehnya : menjadi dubber anime. Sempurna.

Tapi walaupun kelihatan galau dan seekspresif itu, pada dasarnya dia pintar menyembunyikan perasaan dan termasuk tipe manusia yang kuat menanggung beban. Dia pernah melewati hari-hari berat menahan rasa sakit yang sangat, bahkan terlihat seperti hampir mati tetapi bersikeras untuk tidak memberitahu keluarganya. Dalam hal finansial pun cukup mandiri. Dia sering bekerja sampingan demi memenuhi kebutuhan hidup. Dari hasil kerjanya dia mampu membeli sebuah kamera. Sayangnya, baru-baru ini kamera itu hilang di bandara. Ah, mahasiswa kalau menjelang ujian akhir memang banyak cobaannya.

Dalam hal penampilan juga dia tidak banyak tingkah, simpel dan tidak feminim sama sekali. Jilbab, baju lengan panjang, rok, kaos kaki dan sandal gunung. Begitu saja. Kalau hanya mendengar suaranya, orang sering salah mengira dia laki-laki. Semoga ujian skripsinya dimudahkan. Tidak ada yang tahu bagaimana hidup selanjutnya. Selepas wisuda mungkin dia akan kembali ke rumah, atau malah semakin menjauh dari rumah. Tak ada yang tahu.
 
;