09 January 2015

Bonus Track


“Kadang bonus track itu sendiri malah lebih baik dibandingkan dengan keseluruhan album” 
~Koshigaya Osamu, Bonus Track~ 

Kusano Tetsuya (26 tahun) bekerja sebagai manajer di restoran hamburger besar di kotanya. Jam kerjanya bukan main lamanya, bisa lebih dari dua belas jam. Dengan waktu luang yang begitu sedikit, Kusano nyaris tak punya waktu untuk menikmati hidup. Hari libur pun dilewati dengan makan-tidur-makan-tidur. Suatu malam, saat pulang kerja dengan mengendarai mobilnya, ia menjadi saksi tabrak lari. Sebuah mobil sport hitam melaju dengan kencang, meninggalkan seorang pemuda bertubuh kecil tergeletak di jalanan di tengah hujan. Kusano mencoba menolong pemuda itu, namun sudah terlambat. Kejadian itu membuat Kusano demam tinggi dan berhalusinasi. Pemuda korban tabrak lari itu muncul di kamarnya, bahkan tidur-tiduran di atas sofanya. 

Yokoi Ryota (19 tahun), seorang mahasiswa yang selalu bernasib sial. Bila mengantri di kedai ramen, sup ramen-nya habis persis ketika gilirannya tiba. Bila bermain gunting batu kertas, hanya ia saja yang menjulurkan batu padahal semuanya menjulurkan kertas. Selama masa SD dan SMP, Ryota yang tak punya kemampuan fisik harus mempersenjatai dirinya dengan kemampuan yang disebut ‘menjilat-orang-yang-senang-dipuji’ agar bertahan hidup di tengah lingkungan yang brutal. Ia jadi ingin secepatnya keluar dari kampungnya dan kuliah di universitas di Tokyo. Namun bukannya masuk ke universitas di Tokyo, Ryota malah terpeleset ke universitas kelas dua setengah (tidak tinggi, juga tidak rendah) di Saitama. Ia juga lahir di zaman yang salah, sebab krisis moneter yang terjadi saat itu membuat ia tidak boleh menganggur barang setahun untuk menyembuhkan depresinya sebagai si lemah yang hidup di lingkungan yang-kuat-memakan-yang-lemah. Dan kesialan terakhir terjadi ketika ia menjadi korban tabrak lari sebuah mobil norak dengan bunyi mesin yang seperti kentut monster. 

Ryota percaya bahwa kalau orang sudah mati, ya sudah sampai situ saja. Sayangnya, lagi-lagi ia kurang beruntung, karena sepertinya ia malah berubah menjadi semacam, ehm, arwah. Atau hantu. Sejenis itulah. Yang bisa mendengar dan melihat sosok Ryota adalah Kusano. Jadi ia membuntuti terus Kusano hingga ke apartemennya untuk meminta bantuan Kusano mencari mobil yang menabraknya hingga tewas. 

Ini pertama kalinya saya membaca karya Koshigaya Osamu. Diterbitkan di Jepang tahun 2004 dan butuh waktu sepuluh tahun untuk diterbitkan di Indonesia (hadeh, kenapaaa???). Walaupun agak bosan di bagian awal tapi mulai seru mendekati pertengahan dan diakhiri dengan sedikit dramatis. Dialog antara Ryota dan Kusano yang saling menyindir bikin saya senyum-senyum. Persahabatan mereka terjalin pelan-pelan dan natural. Saya suka karakter Ryota yang periang, jahil dan sok. Ia pengamat yang baik, karena itu ia menjadi penasihat Kusano dalam mengatur para pekerja di restoran. Ryota juga paham bagaimana memperlakukan tiap-tiap orang. Bersama Ryota, hidup Kusano pun sedikit berubah. Ia jadi punya teman bercerita dan bermain game. Hari libur yang biasanya lesu menjadi lebih seru dengan kehadiran Ryota. Selain kedua karakter ini, muncul pula beberapa karakter lain yang ikut serta dalam misi pencarian pelaku tabrak lari. Walau ada bagian yang dramatis tapi masih dalam porsi yang pas. 

Membaca novel ini bagaikan menonton drama ala Jepang yang bertema from zero to hero. Kusano yang awalnya kesulitan dengan tugas manajer dan sering dibebani oleh pikirannya sendiri mulai mempercayakan beberapa tugas penting ke para stafnya. Ryota yang selalu bernasib sial mulai melihat sisi baik kehidupannya. Atau kematiannya, karena ia baru memahami hal itu setelah mati. Kata Ryota, jika kehidupannya diringkas mungkin menjadi “Album debut sebuah punk band” yang selesai dengan cepat. Tapi di dalam album yang cepat selesai itu ada sebuah bonus track. Kadang bonus track itu sendiri malah lebih baik dibanding keseluruhan album. Hidup Ryota memang selesai dengan cepat, ia meninggal di usia yang belum genap 20 tahun. Tapi Ryota mendapat bonus track setelah kematiannya, dan baginya itu lebih baik dibanding keseluruhan hidupnya.
 
;