“Kadang bonus track itu sendiri malah lebih baik
dibandingkan dengan keseluruhan album”
~Koshigaya Osamu, Bonus Track~
Kusano Tetsuya (26 tahun) bekerja sebagai manajer di restoran hamburger
besar di kotanya. Jam kerjanya bukan main lamanya, bisa lebih dari dua belas
jam. Dengan waktu luang yang begitu sedikit, Kusano nyaris tak punya waktu
untuk menikmati hidup. Hari libur pun dilewati dengan makan-tidur-makan-tidur. Suatu
malam, saat pulang kerja dengan mengendarai mobilnya, ia menjadi saksi tabrak
lari. Sebuah mobil sport hitam melaju dengan kencang, meninggalkan seorang
pemuda bertubuh kecil tergeletak di jalanan di tengah hujan. Kusano mencoba
menolong pemuda itu, namun sudah terlambat. Kejadian itu membuat Kusano demam
tinggi dan berhalusinasi. Pemuda korban tabrak lari itu muncul di kamarnya,
bahkan tidur-tiduran di atas sofanya.
Yokoi Ryota (19 tahun), seorang mahasiswa yang selalu bernasib sial. Bila
mengantri di kedai ramen, sup ramen-nya habis persis ketika gilirannya tiba. Bila
bermain gunting batu kertas, hanya ia saja yang menjulurkan batu padahal
semuanya menjulurkan kertas. Selama masa SD dan SMP, Ryota yang tak punya
kemampuan fisik harus mempersenjatai dirinya dengan kemampuan yang disebut ‘menjilat-orang-yang-senang-dipuji’
agar bertahan hidup di tengah lingkungan yang brutal. Ia jadi ingin secepatnya
keluar dari kampungnya dan kuliah di universitas di Tokyo. Namun bukannya masuk
ke universitas di Tokyo, Ryota malah terpeleset ke universitas kelas dua
setengah (tidak tinggi, juga tidak rendah) di Saitama. Ia juga lahir di zaman
yang salah, sebab krisis moneter yang terjadi saat itu membuat ia tidak boleh
menganggur barang setahun untuk menyembuhkan depresinya sebagai si lemah yang
hidup di lingkungan yang-kuat-memakan-yang-lemah. Dan kesialan terakhir terjadi
ketika ia menjadi korban tabrak lari sebuah mobil norak dengan bunyi mesin yang
seperti kentut monster.
Ryota percaya bahwa kalau orang sudah mati, ya sudah sampai situ saja.
Sayangnya, lagi-lagi ia kurang beruntung, karena sepertinya ia malah berubah
menjadi semacam, ehm, arwah. Atau hantu. Sejenis itulah. Yang bisa mendengar
dan melihat sosok Ryota adalah Kusano. Jadi ia membuntuti terus Kusano hingga
ke apartemennya untuk meminta bantuan Kusano mencari mobil yang menabraknya
hingga tewas.
Ini pertama kalinya saya membaca karya Koshigaya Osamu. Diterbitkan di
Jepang tahun 2004 dan butuh waktu sepuluh tahun untuk diterbitkan di Indonesia
(hadeh, kenapaaa???). Walaupun agak bosan di bagian awal tapi mulai seru mendekati
pertengahan dan diakhiri dengan sedikit dramatis. Dialog antara Ryota dan Kusano
yang saling menyindir bikin saya senyum-senyum. Persahabatan mereka terjalin
pelan-pelan dan natural. Saya suka karakter Ryota yang periang, jahil dan sok. Ia
pengamat yang baik, karena itu ia menjadi penasihat Kusano dalam mengatur para
pekerja di restoran. Ryota juga paham bagaimana memperlakukan tiap-tiap orang. Bersama
Ryota, hidup Kusano pun sedikit berubah. Ia jadi punya teman bercerita dan
bermain game. Hari libur yang biasanya lesu menjadi lebih seru dengan kehadiran
Ryota. Selain kedua karakter ini, muncul pula beberapa karakter lain yang ikut serta
dalam misi pencarian pelaku tabrak lari. Walau ada bagian yang dramatis tapi
masih dalam porsi yang pas.
Membaca
novel ini bagaikan menonton drama ala Jepang yang bertema from zero to hero.
Kusano yang awalnya kesulitan dengan tugas manajer dan sering dibebani oleh
pikirannya sendiri mulai mempercayakan beberapa tugas penting ke para stafnya.
Ryota yang selalu bernasib sial mulai melihat sisi baik kehidupannya. Atau kematiannya,
karena ia baru memahami hal itu setelah mati. Kata Ryota, jika kehidupannya
diringkas mungkin menjadi “Album debut sebuah punk band” yang selesai dengan cepat. Tapi di dalam album yang
cepat selesai itu ada sebuah bonus track.
Kadang bonus track itu sendiri malah
lebih baik dibanding keseluruhan album. Hidup Ryota memang selesai dengan
cepat, ia meninggal di usia yang belum genap 20 tahun. Tapi Ryota mendapat bonus track setelah kematiannya, dan baginya
itu lebih baik dibanding keseluruhan hidupnya.