Kurniawan Gunadi dalam tulisannya yang berjudul Introvert berkata bahwa orang introvert itu sulit nyambung dengan orang lain tapi dengan sejenisnya bisa langsung nyaman saat bertemu. Mereka membuat seolah-olah orang lain tahu banyak tentang mereka, padahal tidak sama sekali. Ketika orang lain pusing dengan tidak adanya teman, mereka senang sendirian. Mereka tidak suka keramaian, tidak banyak bicara dan suka mengamati orang lain. Yang terakhir ini kurang sepakat. Saya bukan orang yang suka mengamati orang lain. Saya hanya suka mengamati orang yang membuat saya tertarik.
Daya tarik, seperti kata Kurniawan Gunadi, bukan soal rupa atau materi. Tapi semacam energi yang membuat kita merasa nyaman, merasa “klik” dengan orang tertentu. Kadang hanya karena satu hal pada dirinya yang membuat kita terkesan. Dan itu sering tidak disadari orang tersebut. Kita memang biasanya tidak tahu faktor apa yang membuat kita “klik” dengan orang tertentu. Katanya mungkin itu karena kita dan mereka berada dalam frekuensi energi yang sama. Kalau begitu, bisa jadi perbedaan frekuensi energi pula yang membuat kita kadang lelah berhadapan dengan orang lain. Walaupun mereka punya banyak kesamaan dengan kita, walaupun kita sudah lama bersama dengan mereka, tapi perasaan “klik” itu tidak ada.
Setiap orang punya dinding yang mereka jadikan pemisah antara dirinya dan orang lain. Sebuah tembok dengan ketinggian berbeda-beda pada tiap orang. Ada banyak lubang dan retak di tembok itu. Kadang pula ada bagian yang hancur karena lemparan besar. Dan orang-orang tak pernah berhenti membangun dinding tersebut. Mereka terus menambal lubang di sana-sini. Terus memperkuat bagian yang hancur.
Saya jadi berpikir bahwa mungkin saja ada pintu yang bisa dimasuki tanpa harus menghancurkan dinding. Pintu yang sulit terdeteksi letaknya. Pemiliknya pun seringkali tidak tahu keberadaan pintu tersebut. Orang sekitar juga lebih fokus pada cara-cara menghancurkan dinding. Ketika seseorang merasa “klik” dengan orang lain, boleh jadi karena orang tersebut masuk lewat pintu tadi. Dan ia tidak sadar telah masuk lewat jalur yang tepat. Dinding akan tetap tegak. Jarak akan tetap ada. Bedanya, ia masuk tanpa harus menghancurkan dinding. Besar kemungkinan orang semacam inilah yang bertahan lama dalam hidup kita.
Sebagian orang introvert mungkin sejatinya adalah orang yang egois. Mereka senang sendirian. Tapi ada saat ketika mereka benar-benar butuh teman. Lalu setelah itu mereka ingin sendiri lagi. Kembali mengeluarkan penggaris, kembali mengukur jarak dengan orang lain. Begitu seterusnya. Egois bukan ? Apa orang semacam ini benar-benar bisa hidup bersama orang lain ? Dengan sikap yang selalu mengambil jarak dengan siapapun, sulit membayangkan mereka bisa tinggal satu atap, dua puluh empat jam dengan seseorang untuk waktu yang entah berapa lama. Karena itu sebagian orang introvert mungkin memang adalah makhluk yang egois.