Ketika si mantan suami muncul lagi untuk memeras Yasuko Hanaoka
dan putrinya, keadaan menjadi tak terkendali, hingga si mantan suami
terbujur kaku di lantai apartemen. Yasuko berniat menghubungi polisi,
tetapi mengurungkan niatnya ketika Ishigami, tetangganya, menawarkan
bantuan untuk menyembunyikan mayat itu.
Saat mayat tersebut ditemukan, penyidikan detektif Kusanagi
mengarah kepada Yasuko. Namun sekuat apa pun insting detektifnya, alibi
wanita itu sulit sekali dipatahkan. Kusanagi berkonsultasi dengan
sahabatnya, Dr. Manabu Yukawa sang profesor Galileo, yang ternyata teman
kuliah Ishigami.
Diselingi nostalgia masa-masa kuliah, Yukawa sang pakar fisika
beradu kecerdasan dengan Ishigami, sang genius matematika. Ishigami
berjuang melindungi Yasuko dengan berusaha mengakali dan memperdaya
Yukawa, yang baru kali ini menemukan lawan paling cerdas dan bertekad
baja.
Ini pertama kalinya baca novel detektif karangan Keigo Higashino yang
dilihat dari tahun terbit ternyata sudah lama beredar (pertama kali
terbit tahun 2005 di Jepang). Novel ini juga sudah diadaptasi ke layar
kaca. Beberapa tahun lalu sepupu sempat menyinggung dorama berjudul
Galileo. Katanya ratingnya cukup tinggi di Jepang. Tapi cuma sebatas
itu. Sampai sekarang belum pernah nonton karena tidak terjangkau radar
si Tukang Donlot. Wehehehe…
“Soal-soal dariku sama sekali tidak sulit. Aku hanya memanfaatkan lubang kelemahan dalam asmumsi mereka.”
Dalam novel detektif, biasanya penulis menyajikan sederet nama agar
pembaca ikut menebak pelaku kejahatan berdasarkan petunjuk yang
disediakan. Tapi novel ini mengandalkan trik rahasia yang digunakan.
Sebab pelaku pembunuhan sudah jelas di awal cerita yaitu Yasuko Hanoka.
Yang kemudian tetangganya, Ishigami menawarkan bantuan untuk
menyembunyikan mayat dan menyelamatkan Yasuko dari tuduhan.
“Mana yang paling sulit : membuat soal yang sulit dipecahkan orang lain atau memecahkan soal itu sendiri ?”
Yukawa, sang professor Galileo, dan Ishigami adalah teman seangkatan
di Universitas Teito. Ishigami mengambil jurusan matematika sementara
Yukawa di jurusan fisika. Yukawa meneruskan penelitian hingga menjadi
asisten profesor. Sementara Ishigami karena satu dan lain hal, berakhir
menjadi guru matematika di SMA swasta. Kasus inilah yang mempertemukan
mereka kembali.
Nah, apa jadinya jika dua orang genius bertemu dengan tujuan yang
saling bertolak belakang ? Yang satu ingin mengungkap kejahatan, dan
satunya lagi berusaha melindungi pelaku kejahatan. Ishigami mengerahkan
seluruh kemampuan dan kecerdasannya untuk membantu Yasuko dan putrinya.
Ia mengajarkan mereka hal-hal yang harus dilakukan untuk memperkuat
alibi, cara bersikap di depan polisi dan cara menjawab pertanyaan para
detektif agar tidak ada kontradiksi. Semua dirancang secara sistematis
oleh Ishigami sendiri.
“Saat orang biasa berusaha menutupi kejahatannya serumit mungkin,
justru kerumitan itu yang akan membuatnya menggali lubang kubur
sendiri. Tapi orang genius takkan sampai berbuat begitu. Dia akan
memilih metode sederhana, tapi tak pernah terpikirkan atau bakal dipilih
orang biasa untuk membuat kasus itu menjadi sulit.”
Poin penting kasus ini adalah trik yang digunakan Ishigami untuk
membuat alibi Yasuko sulit dipatahkan. Saya sendiri tidak menyangka ia
menggunakan trik semacam itu. Triknya terlihat tidak rumit, tapi tidak
akan terlintas di pikiran orang biasa.
"Mana yang paling mudah : menjawab berdasarkan pemikiran kita
sendiri atau memastikan benar-tidaknya jawaban yang berasal dari pihak
lain ?”
Yang menarik, novel ini tidak melulu membahas tentang pemecahan
kasus. Tapi juga mengajak pembaca untuk memahami menusia dan jalan
pikiran mereka. Terutama manusia jenius yang jatuh cinta pada seorang
pelaku pembunuhan. Penyelesaian kasus juga bukan dengan memojokkan
pelaku berdasarkan bukti-bukti sehingga ia tak bisa lagi mengelak.
Pendekatan yang dipakai sama sekali berbeda. Ending-nya boleh dibilang
layak untuk semua tokoh. Saya sampai terharu dibuatnya. Bagaimanpun, ada
rasa sedih yang tersisa meski kasus sudah ditutup.
“Di dunia ini tak ada roga gigi yang tak bermanfaat dan yang bisa
menentukan bagaimana dirinya akan digunakan hanya si roda gigi itu
sendiri.”