04 September 2016

Kesetiaan Mr. X (Yõgisha X no Kenshin)


Ketika si mantan suami muncul lagi untuk memeras Yasuko Hanaoka dan putrinya, keadaan menjadi tak terkendali, hingga si mantan suami terbujur kaku di lantai apartemen. Yasuko berniat menghubungi polisi, tetapi mengurungkan niatnya ketika Ishigami, tetangganya, menawarkan bantuan untuk menyembunyikan mayat itu. 

Saat mayat tersebut ditemukan, penyidikan detektif Kusanagi mengarah kepada Yasuko. Namun sekuat apa pun insting detektifnya, alibi wanita itu sulit sekali dipatahkan. Kusanagi berkonsultasi dengan sahabatnya, Dr. Manabu Yukawa sang profesor Galileo, yang ternyata teman kuliah Ishigami. 

Diselingi nostalgia masa-masa kuliah, Yukawa sang pakar fisika beradu kecerdasan dengan Ishigami, sang genius matematika. Ishigami berjuang melindungi Yasuko dengan berusaha mengakali dan memperdaya Yukawa, yang baru kali ini menemukan lawan paling cerdas dan bertekad baja. 

Ini pertama kalinya baca novel detektif karangan Keigo Higashino yang dilihat dari tahun terbit ternyata sudah lama beredar (pertama kali terbit tahun 2005 di Jepang). Novel ini juga sudah diadaptasi ke layar kaca. Beberapa tahun lalu sepupu sempat menyinggung dorama berjudul Galileo. Katanya ratingnya cukup tinggi di Jepang. Tapi cuma sebatas itu. Sampai sekarang belum pernah nonton karena tidak terjangkau radar si Tukang Donlot. Wehehehe… 

“Soal-soal dariku sama sekali tidak sulit. Aku hanya memanfaatkan lubang kelemahan dalam asmumsi mereka.” 

Dalam novel detektif, biasanya penulis menyajikan sederet nama agar pembaca ikut menebak pelaku kejahatan berdasarkan petunjuk yang disediakan. Tapi novel ini mengandalkan trik rahasia yang digunakan. Sebab pelaku pembunuhan sudah jelas di awal cerita yaitu Yasuko Hanoka. Yang kemudian tetangganya, Ishigami menawarkan bantuan untuk menyembunyikan mayat dan menyelamatkan Yasuko dari tuduhan. 

“Mana yang paling sulit : membuat soal yang sulit dipecahkan orang lain atau memecahkan soal itu sendiri ?” 

Yukawa, sang professor Galileo, dan Ishigami adalah teman seangkatan di Universitas Teito. Ishigami mengambil jurusan matematika sementara Yukawa di jurusan fisika. Yukawa meneruskan penelitian hingga menjadi asisten profesor. Sementara Ishigami karena satu dan lain hal, berakhir menjadi guru matematika di SMA swasta. Kasus inilah yang mempertemukan mereka kembali. 

Nah, apa jadinya jika dua orang genius bertemu dengan tujuan yang saling bertolak belakang ? Yang satu ingin mengungkap kejahatan, dan satunya lagi berusaha melindungi pelaku kejahatan. Ishigami mengerahkan seluruh kemampuan dan kecerdasannya untuk membantu Yasuko dan putrinya. Ia mengajarkan mereka hal-hal yang harus dilakukan untuk memperkuat alibi, cara bersikap di depan polisi dan cara menjawab pertanyaan para detektif agar tidak ada kontradiksi. Semua dirancang secara sistematis oleh Ishigami sendiri. 

“Saat orang biasa berusaha menutupi kejahatannya serumit mungkin, justru kerumitan itu yang akan membuatnya menggali lubang kubur sendiri. Tapi orang genius takkan sampai berbuat begitu. Dia akan memilih metode sederhana, tapi tak pernah terpikirkan atau bakal dipilih orang biasa untuk membuat kasus itu menjadi sulit.” 

Poin penting kasus ini adalah trik yang digunakan Ishigami untuk membuat alibi Yasuko sulit dipatahkan. Saya sendiri tidak menyangka ia menggunakan trik semacam itu. Triknya terlihat tidak rumit, tapi tidak akan terlintas di pikiran orang biasa. 

"Mana yang paling mudah : menjawab berdasarkan pemikiran kita sendiri atau memastikan benar-tidaknya jawaban yang berasal dari pihak lain ?” 

Yang menarik, novel ini tidak melulu membahas tentang pemecahan kasus. Tapi juga mengajak pembaca untuk memahami menusia dan jalan pikiran mereka. Terutama manusia jenius yang jatuh cinta pada seorang pelaku pembunuhan. Penyelesaian kasus juga bukan dengan memojokkan pelaku berdasarkan bukti-bukti sehingga ia tak bisa lagi mengelak. Pendekatan yang dipakai sama sekali berbeda. Ending-nya boleh dibilang layak untuk semua tokoh. Saya sampai terharu dibuatnya. Bagaimanpun, ada rasa sedih yang tersisa meski kasus sudah ditutup. 

“Di dunia ini tak ada roga gigi yang tak bermanfaat dan yang bisa menentukan bagaimana dirinya akan digunakan hanya si roda gigi itu sendiri.”
 
;