16 August 2017

Gintama


Mulai mengikuti anime ini sejak tahun lalu, yang kemudian saya beri gelar sebagai anime terfavorit. Gelar itu masih bertahan sampai sekarang. Anime ini datang di saat yang tepat, saat saya sudah bosan mengikuti One Piece. Anime itu semacam hiburan bagi para generasi 90an yang sekarang sudah bekerja. Berdasarkan pengamatan terhadap teman-temanku, semakin dewasa seseorang semakin sedikit hal yang bisa menghibur mereka. Sepanjang hari bekerja ditambah lembur, tidak banyak waktu untuk jalan-jalan atau berkumpul dengan yang lain. Kalaupun ada, biasanya sulit menyatukan waktu satu sama lain. Semua sibuk bekerja. Pulang ke rumah sudah lelah. Jadi nonton adalah satu dari sedikit hiburan di rumah. Yang jelas bukan TV, apa pun asal bukan TV. Mereka biasanya memilih drama Korea, film dan anime. Ngomong-ngomong, kenapa pula saya membahas ini ? Bukannya yang mau dibahas itu Gintama ?

Nah, Gintama dapat dari salah satu teman yang boleh disebut sebagai bandar anime. Mulai dari season satu sampai yang terbaru semua dia punya. Setiap kali pulang, pertanyaan pertama yang selalu saya tanyakan, “Ada Gintama ?”. Waktu kubilang saya mulai malas nonton One Piece, dia pun menjelaskan panjang lebar kalau kemungkinan lima tahun lagi bakal tamat. Katanya, sekarang ceritanya tambah seru. Dan ini itu lainnya. Tapi sejak nonton Gintama, pandangan saya tentang anime sedikit berubah. Dan itu yang mau dijelaskan dalam tulisan ini.

Gintama menggabungkan latar Edo di zaman samurai dengan dunia masa depan. Bayangkan saja para samurai sedang berjalan dengan pedang di pinggangnya dan handphone di tangannya. Di masa depan, perjalanan bukan lagi antar negara, tapi antar galaksi. Ras pun terbagi-bagi, ada manusia bumi, ada ras Yato dan ada Amanto. Amanto boleh dibilang semacam alien yang menginvasi bumi. Mereka datang membawa teknologi canggih dan memajukan peradaban. Amanto ini mungkin perumpaan untuk orang-orang Barat. Ketika pengaruh mereka mulai masuk ke Jepang selama periode perang dunia puluhan tahun silam.

Kebanyakan episode Gintama hanya bercerita seputar kehidupan sehari-hari yang dihiasi parodi dan hal-hal nonsense lainnya. Bahkan di saat adegan serius pun ada-ada saja yang korslet. Entah apa tujuan anime ini. Kalau tujuan Luffy jelas, jadi raja bajak laut dan menemukan One Piece. Naruto ingin jadi Hokage dan diakui semua orang. Kalau Gintoki ? Kulihat dia hanya ingin hidup tenang, baca Jump setiap minggunya, makan yang manis-manis dan pura-pura lupa bayar uang sewa. Kutipan yang dipajang di rumahnya pun bukan kalimat kepahlawanan ala samurai, tapi malah “Kontrol Gula Darahmu” 

Hal pertama yang saya suka dari anime ini adalah judul-judul tiap episodenya. Judulnya terkesan nyeleneh tapi punya pesan yang bagus. Bikin kita senyum sendiri. Misalnya :
“Kenapa Air Laut Itu Asin ? Karena Kalian Kencing Saat Berenang”
“Seperti Rumah Hantu, Kehidupan Juga Penuh dengan Rasa Takut”
“Jangan Mengeluh Tentang Pekerjaanmu di Rumah. Lakukanlah di Tempat Lain”
“Orang Yang Pilih-Pilih Makanan, Maka Makanan Juga Akan Begitu Padanya”
“Ketika Seseorang Yang Berkacamata Tak Memakai Kacamata, Rasanya Seperti Ada Yang Kurang”
“Menikah itu Memperpanjang Ilusi dalam Hidupmu”
“Make up Terbaik Seorang Wanita Adalah Senyumnya”
“Dunia Nyata Maupun Video Game Semuanya Penuh dengan Bug”
"Setiap Orang Adalah Seorang Pelarian dari Penjara Yang Disebut”Diri Sendiri”
“Ketika Kau Mencari Sesuatu Yang Hilang, Ingatlah Apa Yang Sedang Kau Lakukan Ketika Itu Hilang”
“Terkadang Sang Pemburu Mumi Bisa Menjadi Mumi Itu Sendiri”
"Jika Berat Badanmu Ingin Turun, Berhentilah Makan dan Bergeraklah!"
"Pria Yang Beruntung Itu, Yang Bangun Pagi dan Pergi Kerja"
"Anak Hanya Meniru Hal Negatif dari Ayahnya"
"Hal Yang Baik Tidak Datang Dua Kali (Tapi Hal Buruk, Ya)" 

Kedua, anime ini sering menyindir fenomena sosial dengan gayanya yang khas. Mulai dari anak muda sekarang yang kebanyakan main video game dan jarang keluar rumah. Atau tentang kehidupan otaku dengan idol mereka. Atau orang-orang yang tidak bisa lepas dari smartphone. Dan banyak lagi. Pesan-pesannya terasa dekat dengan kehidupan kita. Ketiga, gemar memparodikan anime lain. Sebut saja Prince of Tennis, Kuroko no Basket, Gundam, One Piece, Bleach, Black Butler, Naruto, Hunter X Hunter, Dragon Ball, Death Note, Detective Conan, bahkan Ultraman dan masih banyak lagi. Animenya sendiri pernah diparodikan dan dibanding-bandingkan dengan anime lain. Baru kali ini ada anime yang karakter-karakternya tahu bahwa mereka sedang bermain peran dalam suatu cerita fiksi. Keempat, tidak ada penamaan jurus dalam anime ini. Kalau mereka bertarung, ya bertarung saja. Tidak ada yang teriak kamehameha, atau gomu gomu no, atau kage bushin no justu, atau hiten-mitsurugi-ryu. Seingatku ada salah satu episodenya yang berjudul “Ada Dua Jenis Orang : Orang Yang Meneriakkan Jurusnya dan Yang Tidak Meneriakkan Jurusnya” (panjang amat judulnya). Di episode ini Shinpachi bilang, dia bisa keburu mati kalau setiap kali bertarung harus sebut jurus dulu. Apalagi kalau nama jurusnya panjang.

Tulisan ini bukan bermaksud melebihkan Gintama dibanding One Piece, Bleach atau anime top lainnya. Sama sekali bukan. Semua orang mengakui kehebatan One Piece. Betapa kreatif ide cerita, latar dan karakter-karakternya. Tapi bagi saya Gintama itu berbeda (ah, klise sekali kata-kata ini). Ada sesuatu yang saya temui di sini yang tidak saya dapatkan di anime lain (oke, mari hentikan kata-kata klise ini). Bagaimana ya menjelaskannya ? Pokoknya begitulah. Rasanya lebih bisa dijangkau. Karakter terfavorit jelas Gintoki, si tokoh utama. Biasanya lebih suka karakter pendukung. Tapi khusus Gintama, tokoh utamanya adalah yang terbaik. Saat tulisan ini dibuat, episode yang terakhir saya nonton adalah episode 328. Sejak kematian Shogun Shigeshige dan kemunculan Shoyo, anime ini berubah jadi serius dan mulai jelas alur dan tujuannya. Berharap mereka bisa kembali ke Edo dan menjalani hari-hari konyol seperti biasa.
 
;