17 April 2013

Meliuk-liuk di Jalan Raya

Jalan raya adalah area yang menyelipkan bahaya di setiap jengkalnya. Baik karena kondisi jalan yang rusak atau pengendara yang tidak mematuhi aturan lalu lintas. Di jalan raya, seorang pengendara kadang hanya berjarak 3 inchi dari malapetaka. UGD rumah sakit pun tidak pernah absen dari pasien kecelakaan. Fakta ini membuat ayah dan ibu menerapkan peraturan yang aneh, yaitu saya dibebaskan mengendarai motor selama di kampung tapi tidak di Makassar. Jangankan mengendarai, hanya diantar pakai motor pun tidak boleh. Karenanya setiap kali pulang ke rumah, saya selalu membawa misi yang sama : diizinkan bawa motor sendiri. Dan butuh waktu setahun lebih sebelum berhasil membujuk mereka.

Angkot dan motor masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Angkot melindungi penumpang dari hujan dan matahari, bisa membaca buku, bisa lebih leluasa memperhatikan sekitar dan bahkan bisa tidur. Kekurangannya adalah terlalu lama menunggu, terlebih bila sedang macet. Perjalanan yang normalnya hanya satu jam bisa menjadi lebih lama dua kali lipat. Selain itu, sudah menjadi kebiasaan supir untuk menunggu penumpang sampai angkot penuh. Sementara mengendarai motor membuat kita lebih efisien dengan waktu. Lebih cepat sampai di tujuan dibanding angkot. Namun tidak memungkinkan untuk membaca dan beristirahat. Kalau hujan turun, harus menepi dulu dan menunggu hingga reda. Saya tidak suka pakai jas hujan. Pun kalau jalan kaki tidak suka pakai payung.

Setelah beberapa waktu malang melintang sebagai pengendara amatir, ada satu hal yang menyita perhatian saya. Padatnya jalan raya membuat pengendara motor terbiasa menyelip di antara deretan mobil. Kebiasaan nyelip-nyelip itu mengharuskan pengendara seteliti mungkin melewati celah tanpa menyentuh apalagi meninggalkan goresan di badan mobil. Sering saya dapati pengendara motor berusaha menyalip di antara dua mobil. Dalam pandangan saya, jarak antara dua mobil itu tidak memungkinkan untuk dilewati motor. Kalau pun bisa, akan menabrak kaca spion mobil. Tapi ternyata saya salah, pengendara itu dengan santainya melajukan motornya. Sesaat sebelum menyentuh spion mobil, dia menginjak rem. Momentum ketika motor direm, yang hanya memakan waktu dua detik itulah dia meliukkan badannya ke kiri dan ke kanan untuk menghindar kaca spion mobil yang berada di ke dua sisinya.

Saya terkagum-kagum melihat kejadian dua detik itu. Sering saya berpikir untuk nekat mencobanya. Tapi kekhawatiran saya ternyata lebih besar. Bisa runyam masalahnya kalau sampai ada mobil yang tergores. Saya sudah pernah menyerempet mobil orang. Saat itu sepupu yang bawa motor. Beruntungnya, orang itu tidak marah dan memaafkan kecerobohan kami.
 
;