27 September 2011

Rumah Kedua

Rumah Kedua adalah istilah yang disematkan pada suatu tempat yang membuat kita merasa seperti berada di rumah sendiri. Walau tak ada tempat yang lebih baik selain di rumah, tapi mungkin setiap orang punya tempat lain yang membuatnya merasa tenang di sana atau setidaknya senang berlama-lama di sana.

Tempat yang bisa saya anggap sebagai rumah kedua adalah perpustakaan. Lebih tepatnya perpustakaan umum di kampungku. Perpustakaan itu bertingkat dua. Di lantai atas terbagi tiga ruangan, ruangan paling besar berisi buku-buku umum mulai dari agama, pertanian, kesehatan, novel, sastra, dan buku-buku pelajaran SD sampai SMA. Lalu ada ruangan khusus tempat internet-an, biayanya Rp. 4000,- per jam. Kemudian ruangan paling depan adalah ruang anak (sekarang sudah pindah ke lantai satu). Di ruang anak ini berisi komik, buku-buku ensiklopedia, televisi yang cukup besar lengkap dengan DVD dan CD kartun anak.

Perpustakaan ini buka dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore dan jam 7-10 malam. Di tempat inilah saya sering menghabiskan waktu terutama di sore hari. Tempat favorit saya adalah ruang anak. Ini karena tempatnya langsung menghadap lapangan bola yang luas dan setelahnya terhampar laut lepas. Matahari terbenam di laut itu. Ruangan anak dikelilingi jendela kaca jadi kita bebas melihat jalan raya, lapangan dan laut. Saya senang membaca di sisi jendela karena matahari sore masuk dari situ.

Meski sudah empat tahun sejak lulus SMA, saya selalu menyempatkan diri berkunjung ke sana jika pulang kampung. Tapi sekarang suasananya sedikit berbeda karena entah sejak kapan perpustakaan itu jadi alternatif tempat pacaran siswa SMK. Gedung SMK dan perpustakaan letaknya bersebelahan jadi biasanya para pasangan menghabiskan waktu istirahat di sana.

Saya miris melihatnya. Seharusnya tempat ini adalah tempat membaca. Sayangnya minat membaca masih kurang. Murid-murid SD lebih sering menghabiskan waktu dengan main game. Pelajar SMP lebih memilih menghabiskan waktu dan bensin dengan naik motor mutar-mutar di jalan yang sama, entah dimana asyiknya. Sementara anak SMA, menjadikan perpustakaan sebagai tempat pacaran. 

Petugas tidak akan melarang selama mereka tidak menimbulkan keributan. Lagipula meskipun ribut tidak ada yang akan terganggu karena di tempat itu jarang ada yang berlama-lama membaca. Paling-paling datang, pinjam lalu dibawa pulang. Tempat pacarannya pun di salah satu sudut ruangan yang terlindung oleh rak buku. Padahal sudut ruangan itulah tempat favorit kedua saya setelah ruang anak.

Tempat ini juga bagus untuk menghabiskan waktu di malam hari. Berhubung malam minggu tempatnya tetap buka, jadi saya selalu menyempatkan diri ke sana, membaca atau sekedar duduk menikmati malam.
 
;