11 June 2013

Random (5)

Rindu, 
Jadilah boomerang 
Lukai aku, lukai dia

Belakangan, haiku semacam ini sering masuk ke inbox hp saya. Waktunya pun tidak lihat-lihat, kadang menjelang shalat subuh, kadang sebelum maghrib dan kadang dini hari saat ayam-ayam di pekarangan masih mendengkur. Dia sedang dihimpit pilihan yang sulit. Bahwa tak jarang memilih untuk menerima atau menjadi egois dipisahkan oleh garis yang sangat tipis. Cukup dengan sebaris kalimat. Saya bukannya tidak paham. Tapi sulit menentukan sikap pada pilihan terakhirnya yang terbilang nekat. Di satu sisi saya menilainya egois dan gegabah. Di sisi lain saya memberi nilai lebih pada sikapnya yang jujur dan apa adanya. Tapi bukankah niat dan tujuan yang baik hanya akan tercapai bila dilalui dengan cara yang baik-baik pula. Sebaik apapun sebuah tujuan, bila ditempuh dengan jalan yang tidak baik, masih beranikah meminta keridhaan Allah. Kenapa tidak mencoba merenungkannya kembali ? Ribuan kali pun tak masalah. Tanyakan secara jujur pada hati, benarkah cara ini ? Masih dalam koridorkah jalan ini ? Berdoalah dengan jernih, Kawan. Jangan mendikte. Karena apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Boleh jadi Allah mengabulkan, namun dengan cara dilempar begitu saja ke hadapan kita. 
***
Sepekan ini saya berusaha menamatkan serial ‘Umar bin Khattab. Di sela perampungan tugas kuliah, ada jam-jam yang dicuri demi menyelesaikan tiap episode. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari serial ini. Mulai dari kesabaran seorang Abu Bakar, Ketegasan seorang Umar, Kebijaksanaan seorang Ali, Keberanian seorang Khalid dan Abu Ubaidah, ketangguhan para muslimah di medan perang dan berbagai keutamaan dari para shahabat Nabi.  Mereka adalah menara-menara kebaikan. Lihat saja bagaimana sikap Khalid yang setelah menaklukkan Persia dan Syiria justru dipecat oleh Umar. “Aku berjihad karena Allah, bukan karena ‘Umar”, kata Khalid. Dan lihatlah bagaimana upaya ‘Umar meredam benih-benih kemusyrikan yang mulai timbul di tengah ummat karena taqlid akan kepahlawanan seorang Khalid. Seperti inilah bentuk kasih sayang ’Umar kepada Khalid dan bentuk penjagaannya terhadap kaum muslimin. Kesempurnaan ikhlas yang sulit ditemukan saat ini. Pun sikap keras ‘Umar terhadap anaknya setelah melihat ternak anaknya lebih gemuk dibanding ternak lain padahal digembalakan di tempat yang sama. Umar khawatir anaknya mendapat perlakuan istimewa mengingat dia adalah anak seorang Amirul Mukminin. Kita dapat belajar berbagai ilmu lewat serial ini mulai dari sejarah, aqidah, adab sampai bahasa. Kadang saya bengong sendiri bila berada di tengah-tengah akhwat yang lancar bercakap-cakap menggunakan bahasa Arab. Kosa kata yang saya pahami hanya berkisar pada Syukran, Afwan, La Adri, Hayya dan Thayyib. Serial ini membantu saya mengenal kosa kata baru berhubung niat untuk belajar privat di Culdesac belum kesampaian karena sulitnya menentukan waktu dengan jadwal kuliah yang berubah-ubah. Ada sepotong doa ‘Umar yang menyentuh saat hari pertama menjabat sebagai khalifah : “Ya Allah, aku adalah orang kaku, maka lunakkanlah. Aku adalah orang yang lemah, maka kuatkanlah." 
***
Hari ini sudah memasuki tanggal 2 Sya’ban. Jarak kita dengan Ramadhan tinggal sebulan lagi. Semoga umur sampai di bulan mulia itu. Semoga kita diberi kekuatan untuk meraih berbagai keutamaan di dalamnya. Dan semoga kita keluar darinya sebagai pemenang-pemenang Ramadhan.
 
;