Setelah sehari di kampung untuk idul adha dengan keluarga, kehidupan mulai terasa ‘sulit’. Halah lebay.....maksudnya begini, kampung saya itu cukup terpencil karena dikelilingi oleh laut. Transportasi ke sana juga cukup sulit karena harus menggunakan kapal laut. Barang-barang di sini juga kebanyakan didatangkan dari kabupaten lain. Hasil utama kampung saya adalah dari laut. Di sini mudah mendapatkan ikan. Beda dengan kota Daeng apalagi kompleks tempat saya kos, sangat sulit makan hasil laut. Kalaupun ada sudah tidak segar karena kelamaan dalam peti es.
Eh, tapi bukan itu yang membuat hidup jadi ‘sulit’. Ini lebih dikarenakan kelangkaan BBM. Kebanyakan kendaraan penduduk adalah motor . kemana-mana naik motor. Sementara di sini bensin hanya dijual eceran oleh msyarakat. Tidak ada SPBU yang di kota Daeng seperti jamur di musim hujan. Dimana-mana bisa ketemu SPBU jadi tidak perlu khawatir kehabisan bensin. Sementara di sini, bensin menjadi the most wanted. Semalam saja antrian begitu panjang di salah satu rumah penjual bensin. Dan saya adalah salah satu antrian di sana. Tapi setelah beberapa lama menunggu tiba-tiba si penjual mengumumkan bahwa bensin telah habis. Bagooosss....
Setelah itu saya keliling lagi cari bensin, tapi setelah mutar-mutar di beberapa tempat, hasilnya sama. Jadi pulanglah saya dengan motor yang sudah sekarat. Kalau begini terus, bagaimana caranya silaturahim kalau id adha nanti. Masa jalan kaki ???