04 November 2011

Telepon di Sore Hari

Sore ini, di luar hujan turun satu-satu, gerimis. Saat mata saya beberapa detik kemudian sudah akan terpejam, tiba-tiba hp berdering dengan ringtone bunyi tembakan beruntun seperti dalam film-film perang. Sontak saja mata saya langsung melek. Dan yang paling tidak enak kalau sudah hampir tertidur tiba-tiba dikagetkan oleh sesuatu adalah kepala langsung nyeri. Saya meraba-raba mencari ponsel sambil menahan nyeri di kepala. Aha, ketemu. Di layar ponsel tertera sebuah nama, teman lama. Kami pertama kali berteman saat kelas dua SMA sekitar lima tahun yang lalu. Setelah lulus SMA karena beberapa hal kami saling menjauh. Kami menempuh pendidikan di universitas yang berbeda. Kami juga wisuda di bulan yang sama walau berbeda hari.

Kami sangat jarang bertemu. Komunikasi pun hanya sesekali lewat sms. Setelah beberapa menit terlibat dalam percakapan kaku, tiba-tiba kebiasaan lima tahun lalu muncul. Dulu kami sering saling mengejek lewat telepon, saya selalu mengejeknya begini, “hey, hati-hati kalo jalan nanti dikira tiang listrik”. Dan dia selalu mengejek saya begini, “jangan lupa minum susu sebelum tidur biar kamu lebih tinggi sedikit” . Kami sama-sama tertawa di telepon. Percakapan ditutup dengan pesan darinya agar saya pergi cuci muka dan tidak tidur sore. Kebiasaan buruk, katanya. Dari mana pula dia tahu saya sedang tidur sore. Oh, mungkin dari suara, orang kalau baru bangun suaranya terdengar berat. Setelah telepon ditutup saya duduk dan merenung sebentar. Dia adalah seorang teman. Tidak akan kurang dan juga tidak akan lebih dari yang seharusnya. Banyak hal yang menyenangkan di masa lalu. Dan beberapa di antaranya, saya tak berharap itu kembali. Kemudian saya bangun dan pergi mencuci muka.
 
;