29 May 2012

Kabut di Atas Air

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh. Ohisashiburi ne, minna >_<. Genki ? Haa, atashi ? Hai...hai...genki desu, shimpai shinai de.

Hmm...judul di atas macam judul sinetron jaman dulu ya? Tapi postingan ini tidak ada hubungannya dengan sinetron. Juga bukan kiasan atau puisi. Sebagaimana yang tertulis, tentang Kabut di Atas Air. Ngomong-ngomong, inilah yang selalu menjadi masalah saya dalam menulis, kesulitan mencari judul. Ketika sedang menulis postingan, saya akan menulisnya sampai selesai tanpa disertai judul. Kalau sudah selesai, baru kembali lagi ke awal dan mulai kebingungan menentukan judul yang tepat. Berdasarkan saran menulis yang sering saya baca, katanya judul tulisan itu harus semenarik mungkin. Judul yang bisa membuat orang penasaran dengan isi tulisan. Inilah yang agak sulit, karena itu kebanyakan tulisan yang saya posting judulnya hanya memuat satu kata. Kalau sudah begitu jangankan orang lain, saya sendiri pun malas membacanya. Ah, saya benar-benar bingung masalah judul.

Tapiiiiii....kenapa pula kita membahas judul tulisan ? Bukankah yang mau dibicarakan, eh ditulis itu tentang kabut di atas air ? Gomenasai...
Yosh, jadi begini ceritanya. Selama di sini, setiap pagi saya dibebankan tugas keliling kota berburu kue jajanan. Donat adalah kue favorit saya sementara penghuni lain sukanya roti kaya. Dan donat yang paling enak di kota ini -menurut saya-, ada di wilayah Senggol sana (bukan promosi). Berhubung agak jauh, perjalanan ke sana harus ditempuh dengan naik motor. Sebenarnya saya lebih suka naik sepeda, tapi adik saya sangat pelit untuk barang yang satu itu. Dia merawat sepedanya seperti merawat bayi, sangat hati-hati. Dalam perjalanan kesana saya sering lewat jalur pinggir pantai. Jalur ini semakin bagus setelah dibangun pembatas. Sebelumnya semua terlihat biasa saja. Hingga belakangan ini langit sering mendung di pagi hari. Cuaca yang dingin membuat laut masih berkabut ketika jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Inilah yang saya maksud dengan judul di atas. Mungkin terlihat biasa, tapi di mata saya, pemandangan kabut yang melayang di atas air itu apa ya...ehm...mengagumkan. Yup, Samting laik dat-lah.

Kabut yang melayang di atas air itu menyamarkan daratan di baliknya. Dan seperti selendang putih yang membungkus permukaan laut. Saya selalu dilanda De javu setiap kali melihatnya. Kabut di atas air dan dingin yang menusuk mengingatkan pada mitos dan cerita orang-orang tua dulu tentang lelembut yang berasal dari laut. Juga tentang lorong waktu yang tersembunyi  di balik kabut seperti cerita di buku yang pernah saya baca. Kesannya juga mirip suasana laut dalam film Pirates of Caribean. Seakan-akan, monster laut bisa muncul kapan saja dari balik kabut itu. Teman sekampung saya pernah cerita bahwa di laut terdalam pulau ini bersembunyi gurita raksasa yang besarnya sepanjang pulau. Tapi itu cuma mitos, ya...mitos (menenangkan diri).  Sepulang dari beli kue saya lewat jalur ini lagi. Kalau tidak ingat di rumah ada anak-anak yang kelaparan menunggu kue, saya dengan senang hati singgah sebentar dan menunggu sampai kabut itu menghilang dihapus cahaya matahari.
 
;