12 May 2012

Sensasi Pulang Kampoeng

Perjalanan pulang kampung selalu menghadirkan sensasi yang menyenangkan meski telah berulang kali dilakukan. Rasanya tenang sekali ketika perlahan-lahan roda berputar menjauhi kota Makassar. Setelahnya, tinggal duduk di atas bus yang melaju sambil melihat tempat-tempat yang dilalui. Hamparan sawah seperti selendang hijau yang ditiup angin, lembut dan menggelitik. Puluhan kilo ditempuh melewati Gowa, Takalar, Jeneponto dan istirahat sebentar di Bantaeng untuk shalat sambil wisata kuliner. Selesai makan, perjalanan dilanjutkan sampai Bira. Dari sini bus akan naik ke kapal ferry kemudian berlayar ke pulau seberang.

Sesampai di seberang, hari sudah gelap. Tapi perjalanan belum selesai karena kapal merapat di titik paling ujung pulau. Jadi bus masih harus menempuh setidaknya dua jam perjalanan menuju kota. Dan di dua jam inilah pucak paling menyenangkan dari keseluruhan perjalanan. Alam menjadi gelap setelah matahari ditelan horizon, meninggalkan siluet dan hawa dingin. Saya paling suka melihat siluet semak belukar dan pohon-pohon yang berlatar langit senja berwarna kemerahan. Ada kegelapan yang menenangkan di sana. Terlebih jika lampu di dalam bus dipadamkan, pemandangan di luar semakin jelas terlihat lewat kaca. Di saat seperti ini suasana dalam bus biasanya jadi hening. Sebagian karena tertidur dan sebagiannya lagi seperti saya, menikmati siluet.

Setelah beberapa lama satu dua rumah mulai terlihat. Saya suka mengamati sekilas aktivitas para penghuni rumah yang terlihat dari pintu atau jendela yang terbuka. Ada yang bersiap ke masjid, ada yang membaca, menonton TV, mengaji, main kartu, minum kopi, berbaring, tertawa, memandang langit, sampai pada dua remaja yang berasal dari planet berbeda –satu dari Mars dan satu lagi dari Venus- terlihat malu-malu satu sama lain. Makhluk dari Mars sibuk menggaruk kepalanya –yang saya yakin tidak gatal- sambil tersenyum dan makhluk dari Venus menunduk terus seolah-olah uang recehnya jatuh ke tanah.

Saya suka malam karena ada bulan. Saya suka malam karena gelap membuat rumah-rumah seperti titik cahaya dari kejauhan. Itu terlihat seperti bintang-bintang yang melancong ke bumi dan berenang di sana. Setelah dua jam, sampailah bus di terminal kota. Dari sini, para penumpang menyebar ke rumah masing-masing. Perjalanan selesai.
 
;