16 May 2012

Petualangan Yang Sesungguhnya

Entah kenapa saya berharap bisa hidup seperti dalam game Final Fantasy
Err…memang seperti apa kehidupan di dalam game itu ?” 

Terakhir kali saya main game kalau tidak salah waktu kelas satu SMA, saat rumah nenek masih jadi rental PS. Itu pun masih jaman PS 1. Game yang sering saya mainkan adalah Street Fighter, Harvest Moon, Tenchu, balap-balapan dan tentang petualangan monster yang saya lupa namanya. Kalo main game saya selalu duet bareng adik saya yang masih SD. Setelah PS itu dimuseumkan, saya juga pensiun disusul selembar uang lima ribu rupiah sebagai pesangon yang dipotong karena lebih banyak main gamenya dibanding jaga warung. Setelah itu saya tidak lagi tahu menahu perkembangan dunia game.

Suatu hari saya mengutak-atik hape seorang teman dan tertarik dengan tema yang ia gunakan. Tema itu bergambar kartun 3D yang sangat mirip manusia (saya tidak tahu istilahnya). Pahatan wajahnya juga boleh dibilang sempurna. Dengan menggabungkan ras kaukasia dan asia, maka terbentuklah karakter-karakter berwajah tampan dan cantik. Gambar itu berlatar hutan yang dipenuhi cahaya-cahaya putih temaram, mengingatkan saya pada hutan yang menjadi rumah para peri dalam film The Lord Of The Ring. Waktu saya tanya, dia bilang itu berasal dari game Final Fantasy. Saya cuma ngangguk-ngangguk walau tidak paham game macam mana yang dimaksud.

Tapi yang menarik setelah itu adalah pernyataannya bahwa ia ingin hidup di dunia seperti yang digambarkan dalam game. Bahwa akan sangat menyenangkan jika benar-benar ada dunia fantasi dibandingkan dengan dunia yang menjemukan ini. Lebih banyak petualangan, katanya. Mendengar itu saya jadi teringat artikel yang memuat berita seorang laki-laki yang menikah dengan salah satu tokoh anime yang sangat ia sukai. Gambar di artikel itu memperlihatkan mempelai pria sedang tersenyum sambil menggandeng boneka yang akan menjadi istrinya menuju altar. Sekali lagi, sebuah BONEKA. Masya Allah, apa yang ada di kepala orang itu ? Saya juga sudah sering membaca kegilaan yang diakibatkan oleh cinta, tapi artikel itu membuat saya mufakat dengan Andrea Hirata bahwa jika ada sesuatu yang paling absurd di dunia ini, itu adalah cinta. Artikel itu diakhiri dengan pernyataan sang lelaki bahwa ia ingin hidup dengan “istrinya” sampai akhir hayat. Happily ever after ? Dunno.

Setelah itu saya memandang cemas ke arah teman saya dan berharap dia tidak mempunyai pikiran yang aneh-aneh. Kalau yang ia cari adalah kisah petualangannya, Final Fantasy memang menginspirasi dengan segala atributnya yang keren. Tapi di dunia realita, entah di sekitar kita atau di belahan bumi lain, sudah terlalu banyak hal-hal fantastis yang terjadi setiap harinya. Tidak ada hal yang lebih gila dari seorang suami yang membawa istrinya sendiri ke tempat pelacuran. Kerusakan moral, kriminal, bunuh diri, bencana alam, perjuangan hidup, kaum marginal, Rasisme, Penjajahan, orang-orang sukses, orang-orang yang berakhir tragis, gemerlap hidup dunia kelas atas hingga gelapnya kantong-kantong kemelaratan di kolong jembatan adalah layar hidup petualangan yang silih berganti kita temui sepanjang hari, setiap menitnya.

Final Fantasy memang game petualangan yang fantastis. Salah satu produk imajinasi yang dihasilkan otak manusia. Tapi ia hanyalah sebuah game. Game yang sedikit mengalihkan dunia kita dari petualangan yang sesungguhnya, realita. Dan menghadapi realita jauh lebih berguna dibanding berjam-jam main game di depan TV sambil berangan-angan dan mengutuk dunia
 
;