“Pengetahuan bisa menghambat. Ketidaktahuan justru membebaskan. Tahu kapan untuk tahu dan kapan untuk tak tahu, sama pentingnya dengan pedang yang tajam”
-Suzume-no-Kumo (1434)-
-Suzume-no-Kumo (1434)-
Novel ini berlatar zaman Edo tahun 1861 ketika klan Tokugawa masih
menguasai shogun. Genji Okumichi adalah seorang Bangsawan Agung (Daimyo)
Akaoka dan merupakan keturunan terakhir klan Okumichi. Keturunan klan
ini terkenal dengan kemampuannya meramal masa depan. Genji juga mewarisi
kemampuan itu. Cerita bermula dari kedatangan Zephaniah Cromwell, Emily
Gibson dan Matthew Stark –tiga misionaris Kristen- ke Jepang. Pada masa
itu terjadi pergolakan zaman dan perbenturan budaya Timur dan Barat.
Kedatangan misionaris telah menimbulkan gerakan anti asing di Jepang. Di
Jepang, rakyat setiap daerah mengikuti agama yang dianut bangsawan
agung pemimpin mereka. Jika bangsawan tersebut menganut salah satu sekte
Buddha, rakyatnya juga akan menganut sekte itu.
Ieyasu, sang Shogun pertama, telah melarang agama Kristen. Dia mengusir pendeta asing dan menyalib puluhan ribu rakyat yang memeluk agama Kristen sehingga lebih dari 200 tahun Kristen tak berhasil masuk Jepang. Pada zaman Edo, agama Kristen secara resmi masih dilarang tapi dalam hukum tak lagi setegas itu. Kedatangan Zephaniah, Emily dan Stark di wilayah Edo disambut baik oleh Genji. Zephaniah adalah pimpinan misionaris. Matthew Stark bergabung dengan rombongan tersebut hanya agar bisa masuk ke Jepang. Tujuan sebenarnya adalah membalas dendam pada Ethan Cruz, orang yang telah membantai istri dan anak-anaknya.
Sementara Emily adalah seorang gadis yang trauma dengan masa lalunya. Tak seorang pun siswa di sekolah yang menyukai Emily. Hanya kepala sekolahnya, Zephaniah Cromwell yang selalu melindunginya. Zephaniah kemudian mengajak Emily untuk menjadi misionaris di Jepang. Sebelum berangkat ke Jepang, Emily bertunangan dengan Zephaniah. Sayangnya Zephaniah meninggal akibat luka parah setelah ditembak ketika ia baru saja menginjakkan kakinya di wilayah Edo.
Genji Okumichi berbeda dengan bangsawan pada umumnya, ia tidak suka terikat etiket kuno yang kaku dan mengikat. Meski dari perawakan Genji terlalu halus untuk disebut pejuang, namun ia memiliki ketajaman membaca orang-orang di sekitarnya sehingga ia tahu siapa saja yang akan berkhianat. Genji mendapat pertanda bahwa suatu saat ia akan diselamatkan oleh orang asing dalam sebuah upaya pembunuhan. Selain itu, dalam pertandanya Genji melihat sosok wanita misterius bernama Lady Shizuka. Genji mempunyai seorang paman bernama Lord Shigeru yang juga memiliki kemampuan meramal masa depan. Bedanya, pertanda yang dialami Genji hanya berupa potongan-potongan dan sewaktu-waktu, sementara Lord Shigeru mampu melihatnya secara lengkap dan tanpa jeda.
Musuh Genji yang bernama Kawakami adalah seorang komandan polisi rahasia Shogun. Dendamnya pada Genji berlatar peperangan Sekigahara yang terjadi pada tahun keempat belas kekaisaran Go-Ieyasu yang melibatkan nenek moyang mereka. Perang tersebut berhasil mempertahankan posisi klan Tokugawa sebagai Shogun selama beratus-ratus tahun. Genji juga memiliki seorang Geisha bernama Mayonaka no Heiko yang berarti Keseimbangan Malam. Heiko sebenarnya adalah Ninja pembunuh yang dikirim oleh Kawakami. Ia siap membunuh Genji kapan saja jika Kawakami memerintahkannya. Genji telah mengetahui hal itu namun tetap bersikap biasa.
Genji yang memperlakukan ketiga misionaris tersebut dengan baik mengundang protes dari bawahannya. Namun, ramalan bahwa suatu saat Genji akan diselamatkan oleh orang asing akhirnya terbukti. Emily menyelamatkan nyawanya dalam sebuah penyerangan ketika mereka berangkat menuju Kastel Awan Burung Gereja. Sebelum terjadi peperangan antara Kawakami dan Genji di Kuil Mushindo, Kawakami mengungkap alasan mengapa ia menyusupkan Heiko ke istana Genji. Sebuah kenyataan yang bahkan Heiko pun tak mengetahuinya.
Sementara itu, Stark akhirnya menemukan Jimbo atau Ethan Cruz. Mereka bertemu dan berduel pistol. Jimbo kalah, ia tewas setelah wajahnya hancur diserbu peluru-peluru Stark. Dendam Stark terbalaskan. Ketika Stark berniat kembali ke San Fransisco, Genji menyuruh Heiko ikut bersamanya. Sementara itu Emily tetap tinggal di Jepang dan menjadi penerjemah gulungan teks Suzume-no-Kumo.
Lewat novel ini, sang pengarang, Takashi Matsuoka menggugat sejarah kelam bangsa Jepang yang menutup diri selama ratusan tahun. Di saat orang-orang asing mempelajari ilmu pengetahuan, orang jepang masih terus berperang karena dendam pertempuran dua abad lalu. Banyak unsur yang terlibat di dalamnya, norma, dogma, agama, kehormatan, kemanusiaan, kesetiaan, dendam sampai cinta terlarang. Mengenai tokoh-tokohnya, menurut saya tidak ada tokoh yang benar-benar baik selain Emily. Saya sudah menebak-nebak hubungan antara Genji dan Emily sejak kebersamaan mereka dalam perjalanan menuju Kastel Awan Burung Gereja. Di bagian akhir saya agak kaget dengan sebuah tindakan sadis yang dilakukan Genji. Padahal sejak awal, Genji bukanlah sosok yang suka menumpahkan darah.