25 August 2012

Random Ramadhan

Assalamualaikum…

Bagaimana kabar setelah sebulan berada dalam madrasah Ramadhan ? Semoga target-target ibadah yang telah diprogramkan bulan ini tercapai maksimal. Di sela-sela persiapan ketupat dan saudara-saudaranya, saya curi-curi waktu untuk menulis beberapa kepingan kejadian selama bulan Ramadhan. Akhir-akhir ini saya memang lebih suka menulis random karena lebih simple dan bisa membahas banyak hal.
  1. Untuk pertama kalinya selama lima tahun terakhir sejak kuliah, saya bisa melewatkan hari pertama puasa di kampung halaman. Dan rasanya something banget.
  2. Pekan pertama Ramadhan diwarnai dengan berbagai berita duka. Beberapa orang tua teman kembali menghadap Allah. Semoga amal ibadah mereka diterima di sisi-Nya dan semoga yang ditinggalkan diberi ketabahan.
  3. Entah kenapa ramadhan selalu dijadikan momen untuk gila-gilaan mengendarai motor selepas tarwih. Pernah sekali, sepulang tarwih ada polisi yang menegur seorang pengendara karena motornya tidak dilengkapi spion dan plat nomor. Selain itu pengendaranya juga tidak mengenakan helm. Dia berdalih baru pulang shalat juga. Polisi itu kemudian menatap sinis dari atas sampai bawah dan tak lupa perempuan yang ia bonceng. “Seperti inikah pakaian orang yang pulang shalat ? Jaga kelakuan kalian anak muda!”, katanya tajam. Saya mengangguk-angguk. Setuju, Pak Polisi!
  4. Shalat tarwih di mesjid juga menjadi momen nostalgia masa kecil. Masa ketika ustadz yang ceramah dikejar-kejar layaknya selebritis demi segores tanda tangan. Banyak yang berubah, saya jadi kikuk sendiri karena merasa asing di sana. Jamaah ibu-ibu haji yang dulunya jadi penghuni setia mesjid, satu per satu telah kembali menghadap Allah. Sisanya adalah orang-orang baru atau anak-anak kecil yang telah tumbuh menjadi remaja. Sering heran sendiri saat menyadari betapa cepatnya waktu berlalu. Beberapa di antara remaja itu dulunya masih anak-anak yang menghisap ingus, berebutan bakso dan paling suka main petak umpet saat tarwih berlangsung. Sekarang kebiasaannya bergeser, masih main petak umpet tapi dengan modus yang berbeda. Takut kalau-kalau ketahuan sedang mojok dengan makhluk dari planet lain saat ustadz sedang ceramah.
  5. Ramadhan juga sepertinya menjadi waktu paten bagi seseorang untuk minta ditraktir Magnum. Pertama, kenapa harus di bulan Ramadhan ? Kedua, kenapa harus Magnum ? Ketiga, kenapa harus saya yang traktir ? Sungguh terlalu.
  6. Pulang kampung adalah momen sempurna untuk melampiaskan hasrat akan makanan laut. Mulai dari ikan, cumi-cumi, udang, kepiting dan kawan-kawannya habis saya hantam. Ibu sampai heran melihat saya makan seperti orang kalap. “Kamu seperti tidak pernah lihat makanan laut saja”, kata Ibu. Hoo, mungkin Ibu perlu tinggal beberapa bulan di Makassar untuk tahu betapa sulit dan mahalnya makanan laut segar di sana.
  7. Akhir pekan pertama ramadhan ditutup dengan buka puasa bersama. Karena sampai mendirikan tenda di jalan, salah seorang teman iseng kirim sms begini, “Hey, di depan rumahmu ada tenda biru lengkap dengan kursi dan sesajiannya. Plis, jangan bilang kamu mau lambung kiri.” Saya tertawa dan membalas, “Tenang boss, saya belum waktunya ganti status di facebook
  8. Pertengahan ramadhan, tepatnya sehari setelah kembali ke kota Daeng, saya kena flu berat. Suara jadi serak bahkan nyaris hilang. Kalau berjalan, bumi terlihat seperti gasing yang berputar. Bernapas pun rasanya susah. Tapi semoga rasa sakit itu bisa menjadi penggugur dosa-dosa yang sudah tak terhitung jumlahnya. Aamiin...
  9. Ada yang hilang dari ramadhan tahun ini karena menjadi ramadhan pertama sejak Istiqomers bubar. Tidak ada lagi shalat berjamaah, buka puasa dan sahur bersama Istiqomers. Tidak ada lagi “Kepala Suku” yang memegang jabatan tetap sebagai Imam di Istiqomah. Personilnya keluar satu per satu, dan saya menjadi penghuni terakhir. Sempat terpikir untuk tetap tinggal, karena bagaimana pun juga, kamar, rumah dan suasananya sudah terlalu kuat melekat. Terutama kamar yang jendelanya menghadap ke barat yang sudah bertahun-tahun saya tempati. Lewat jendela itu saya sering memandang bulan terbenam. Pertama kali melihat gerhana bulan 16 Juni tahun lalu juga dari jendela itu. Tapi, setelah janji untuk menetap sampai lulus sudah terpenuhi, kupikir mencari suasana baru saat kembali lagi ke bangku kuliah adalah pillihan yang bagus. Karena itulah, sebagai penghuni terakhir, saya pun memilih pergi.
  10. Sempat mengunjungi Gramedia untuk mencari buku yang dipesan teman. Tapi karena buku yang dicari belum ada, tiba-tiba saja saya terdampar di rak yang berisi buku-buku konyol. Melihat salah satu buku Nguping Jakarta sudah ada yang terbuka plastiknya, saya pun lupa waktu dan ketagihan membaca sampai habis. Buku ini berawal dari sebuah blog dengan nama sama yang berisi percakapan absurd di sekitar kota jakarta. Mulai rutin membaca blog ini sejak tahun 2010. Pertengahan 2011 kemarin, Kuping Kiri dan Kuping Kanan (pemilik blog) mengumumkan bahwa blog mereka akan dijadikan buku. Blog ini terinspirasi dari sebuah situs bernama Overheard In New York. Beberapa di antara percakapan absurd itu sukses membuat saya tertawa dan dilirik pengunjung Gramedia. Berikut ini dua percakapan yang sempat saya catat.
Yang Penting Sangaaaaaaaaaaaaaar!
Vokalis black metal     : “Kami adalah arwaaaaaah!”
Penonton                    : “Yeaaaaaah!”
Vokalis black metal     : “Kami bawa oleh-oleh dari nerakaaaaaa!”
Penonton                    : “Yeaaaaaah!”
Vokalis black metal     : (mengeluarkan sesuatu dari kantong) “Stikeeeeeeeer!”
Didengar oleh para penonton yang segera merapal mantra pengusir arwah 

Dua Negatif Tidak Selalu Jadi Positif
Cewek #1        : “Hadooohh. Sumpah, tegang banget gue tadi! Gue takut salah ngomong!”
Cewek #2        : “Lo vermes gitu, yah ?”
Cewek #1        : “Hah ? vermes ?
Cewek #2        : “Iya, vermes. Grogi-grogi gitu.”
Cewek #1        : “Ooh, ya ampuun. Maksud lo herpes, kali ? Iya, gue herpes gitu, deh, tadi.”
Mal di Jakarta selatan, didengar oleh panitia jumpa penggemar yang ingin melempari mereka dengan cacing berpenyakit kulit 

11.  Selepas dari Gramedia saya sudah berniat pulang. Tepat saat menuruni eskalator, dari arah bawah, dua anak kecil melambaikan tangan dan berteriak senyaring-nyaringnya, “Tanteee...!!!”. Wow, suaranya melengking ke segala penjuru. Bersamaan pula dari arah belakang terdengar bunyi “Gubraakk!!” Saya berbalik dan mendapati beberapa orang sedang senyum-senyum sambil bergantian melihat saya dan dua keponakan saya. Saya nyengir, lha memang saya tante mereka kok. Lagipula saya juga kebiasaan menyapa anak kecil dengan panggilan “Nak” bukan “Dek”. Rasanya panggilan “Nak” itu lebih akrab dan lebih sayang.
12.  Semakin mendekati akhir ramadhan, jamaah masjid mengalami kemajuan. Maksudnya barisan jamaahnya semakin maju. Kalau di awal ramadhan jamaah meluap sampai keluar halaman masjid, maka tiga hari sebelum ‘Ied Fitri hanya tersisa dua baris saja. Idealnya, mendekati akhir ramadhan semangat ibadah harus lebih kuat dari hari-hari sebelumnya. Karena lailatul qadr yang dicari-cari manusia itu ada di sepuluh malam terakhir. Betapa jauh perbedaan kita dengan para salaf, kata ustadz yang ceramah. Saya mengangguk setuju.
13. Terakhir, semoga ramadhan ini bisa menjadi bekal kita untuk menghadapi sebelas bulan berikutnya. Semoga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah, semoga ibadah-ibadah kita diterima dan semoga kita dipertemukan kembali dengan bulan ramadhan tahun depan. Selamat hari raya Idul Fitri 1433 H. Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin.
 
;