Seorang teman pernah bercerita bahwa dia sulit meminta bantuan orang
lain karena takut akan penolakan. Sehingga ia memilih mengerjakan
semuanya sendiri dibanding permintaannya ditolak, yang akan meninggalkan
rasa kecewa. Begitulah caranya mempertahankan diri.
Teman yang lain bercerita bahwa bila menyukai seseorang, ia tidak
akan mengatakannya secara lugas. Jika ternyata akhirnya ia menemukan
isyarat penolakan, ia akan membangun sendiri anggapan bahwa itu kerena
orang tersebut tidak cukup pantas untuknya. Sedikit angkuh kedengaran.
Tapi seperti itulah caranya bertahan dari rasa sakit dan kecewa. Kadang
saya juga tidak bisa menahan mulut untuk berkomentar bahwa penolakan itu
lebih baik baginya dibanding bila ada penerimaan yang akan mendorongnya
melakukan hal-hal di luar koridor. Tapi sudahlah, dia tidak begitu
peduli dengan koridor yang saya maksud.
Dan, sembunyi-sembunyi membaca buku yang isinya sama sekali tidak
berhubungan dengan materi yang diajarkan dosen adalah salah satu cara
saya bertahan melawan kantuk di tengah kuliah yang kadang bisa sangat
membosankan. Memang bukan sikap yang baik, tapi akan lebih tidak sopan
lagi jika saya tidur di depan dosen yang sedang memberi ceramah. Ya ya,
saya tahu cara bertahan di sini memang tidak nyambung dengan dua cerita
sebelumnya. Sudahlah, biarkan saja.