15 December 2012

Biarkan Saja

Seorang teman pernah bercerita bahwa dia sulit meminta bantuan orang lain karena takut akan penolakan. Sehingga ia memilih mengerjakan semuanya sendiri dibanding permintaannya ditolak, yang akan meninggalkan rasa kecewa. Begitulah caranya mempertahankan diri.

Teman yang lain bercerita bahwa bila menyukai seseorang, ia tidak akan mengatakannya secara lugas. Jika ternyata akhirnya ia menemukan isyarat penolakan, ia akan membangun sendiri anggapan bahwa itu kerena orang tersebut tidak cukup pantas untuknya. Sedikit angkuh kedengaran. Tapi seperti itulah caranya bertahan dari rasa sakit dan kecewa. Kadang saya juga tidak bisa menahan mulut untuk berkomentar bahwa penolakan itu lebih baik baginya dibanding bila ada penerimaan yang akan mendorongnya melakukan hal-hal di luar koridor. Tapi sudahlah, dia tidak begitu peduli dengan koridor yang saya maksud.

Dan, sembunyi-sembunyi membaca buku yang isinya sama sekali tidak berhubungan dengan materi yang diajarkan dosen adalah salah satu cara saya bertahan melawan kantuk di tengah kuliah yang kadang bisa sangat membosankan. Memang bukan sikap yang baik, tapi akan lebih tidak sopan lagi jika saya tidur di depan dosen yang sedang memberi ceramah. Ya ya, saya tahu cara bertahan di sini memang tidak nyambung dengan dua cerita sebelumnya. Sudahlah, biarkan saja.
 
;