28 December 2012

Mesin Waktu

Menurutku, konsep mesin waktu dan time traveler adalah salah satu imajinasi terhebat yang pernah singgah di kepala manusia. Meskipun merupakan hal yang mustahil, saya suka cerita semacam ini. Pernah nonton film Time Machine ? Film itu bercerita tentang seorang ilmuwan fisika yang menghabiskan hidupnya menciptakan mesin waktu untuk mengembalikan tunangannya yang tewas terbunuh oleh seorang pencuri pada suatu malam bersalju. Setelah mesin itu selesai, ia pun kembali ke masa lalu, ke malam sebelum tunangannya terbunuh. Di masa itu, usaha penyelamatannya memang berhasil, tapi hanya selang beberapa saat, tiba-tiba sebuah kereta melintas dengan kecepatan tinggi dan menyambar tubuh tunangannya yang membuatnya meninggal seketika. 

Ilmuwan itu kemudian mengulangi usahanya. Ia kembali lagi ke masa lalu. Dan hasilnya tetap sama. Berapa kali pun ia kembali dan bagaimana pun usahanya, selalu ada cara lain yang membuat tunangannya tetap berakhir mati. Ilmuwan itu akhirnya kembali ke masanya dalam keadaan frustasi. Melihat kondisi putranya yang memprihatinkan, ibu sang ilmuwan berkata bahwa manusia tidak akan mampu mengubah apa yang telah berlalu tetapi ia masih bisa memperbaiki keadaan di masa mendatang. Ilmuwan itu tersadar dan memutuskan untuk mencoba melakukan perjalanan ke masa depan. 

Masa depan yang ia kunjungi mempunyai kondisi yang beragam. Ada masa ketika buku-buku tidak lagi dalam bentuk lembaran kertas tetapi hanya dibuka melalui sebuah layar. Ada masa ketika terjadi lagi peperangan besar, semacam perang dunia ketiga. Dan ada masa ketika kondisi bumi semakin kacau karena bulan terpecah. Masa terakhir tempat imuwan itu mendarat sekitar tahun 30.000-an. Di masa itu bulan tidak lagi berbentuk lingkaran di langit, tapi separuhnya sudah berupa pecahan-pecanan kecil. Kehidupan manusia masa itu seperti kembali ke zaman primitif. Mereka membangun rumah di dinding-dinding jurang. Setiap hari mereka berjuang bertahan hidup dari predator mutan yang bersembunyi di bawah tanah. Di akhir cerita, sang ilmuwan memilih tinggal di masa depan. 

Terkait dengan waktu, Imam Al Ghazali pernah memberikan 6 pertanyaan pada muridnya. Salah satu dari pertanyaan itu berbunyi, “Apa yang paling jauh dari diri kita ?”. Murid-muridnya menjawab negeri Cina, bulan, matahari dan bintang-bintang. Imam Al Ghazali membenarkan tetapi yang paling benar, kata beliau, adalah “Masa Lalu”. Karena walau dengan cara apapun, manusia tidak akan bisa kembali ke masa lalu. 

Banyak hikmah yang bisa dipetik mengapa Allah membuat waktu tidak bisa diputar, tidak bisa diundur, tidak bisa dipercepat dan juga tidak bisa dilipat. Di antaranya agar manusia belajar menjaga hari-harinya dengan kebaikan. Waktu adalah makhluk yang mulia, Allah bahkan bersumpah dengan waktu dalam surah Al Ashr, bahwa manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling nasihat menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. Hasan Al Basri berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” Detak jantung kita bahkan lebih gamblang mengajarkan bahwa hidup manusia itu bukanlah bilangan tahun, bulan, atau hari. Tetapi ia terdiri dari detik-detik yang bila Allah menghendaki, bisa berhenti kapan saja. 

Hikmah lainnya adalah agar manusia belajar tentang penyesalan. Penyesalan selalu menjadi awal yang baik untuk memperbaiki hidup di masa mendatang. Andaikan waktu bisa terputar kembali, maka dunia akan kacau. Andaikan waktu bisa terputar kembali, maka kamus manusia tidak akan mengenal kata sesal dan manusia tidak akan pernah belajar apapun. Dan tanpa belajar, maka hidup menjadi tak berarti apa-apa. 

Setiap manusia punya catatan masa lalu yang berbeda-beda satu sama lain. Ada yang biasa-biasa, ada yang cerah menyenangkan dan ada pula yang kelam. Bagaimana pun kondisi kita di masa lalu, selama nafas belum terhenti, maka tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Masa depan pun adalah hal yang tidak pasti. Kita tak pernah tahu kondisi seperti apa akhir hidup kita nanti. Hari ini mungkin kita masih semangat menuntut ilmu, masih semangat beribadah, masih memperhatikan koridor-koridor yang telah ditetapkan, masih konsisten dengan pakaian yang dipakai. Tapi tak ada yang menjamin kebaikan dan nikmat hidayah yang Allah berikan saat ini akan terus bertahan sampai akhir.

Hati manusia berada di antara jari-jari Allah. Ketika Allah tidak lagi menginginkan kebaikan pada seseorang, DIA bisa dengan mudah membalikkannya. Kita tak pernah tahu ujian macam apa yang menunggu kita dan sekuat apa kita bertahan menghadapinya. Kita hanya bisa terus belajar, terus berusaha, terus berdoa agar kebaikan menyertai kita di akhir masa. Semoga Allah selalu meninggalkan keimanan dan keistiqamahan dalam hati-hati kita. Dan semoga Allah tak pernah membiarkan kita mengurus diri kita sendirian. Aamiin.
 
;