Menurutku, konsep mesin waktu dan time traveler adalah salah
satu imajinasi terhebat yang pernah singgah di kepala manusia. Meskipun
merupakan hal yang mustahil, saya suka cerita semacam ini. Pernah
nonton film Time Machine ? Film itu bercerita tentang seorang
ilmuwan fisika yang menghabiskan hidupnya menciptakan mesin waktu
untuk mengembalikan tunangannya yang tewas terbunuh oleh seorang pencuri
pada suatu malam bersalju. Setelah mesin itu selesai, ia pun kembali ke
masa lalu, ke malam sebelum tunangannya terbunuh. Di masa itu, usaha
penyelamatannya memang berhasil, tapi hanya selang beberapa saat,
tiba-tiba sebuah kereta melintas dengan kecepatan tinggi dan menyambar
tubuh tunangannya yang membuatnya meninggal seketika.
Ilmuwan itu kemudian mengulangi usahanya. Ia kembali lagi ke masa
lalu. Dan hasilnya tetap sama. Berapa kali pun ia kembali dan bagaimana
pun usahanya, selalu ada cara lain yang membuat tunangannya tetap
berakhir mati. Ilmuwan itu akhirnya kembali ke masanya dalam keadaan
frustasi. Melihat kondisi putranya yang memprihatinkan, ibu sang ilmuwan
berkata bahwa manusia tidak akan mampu mengubah apa yang telah berlalu tetapi ia masih bisa memperbaiki keadaan di masa mendatang. Ilmuwan itu tersadar dan memutuskan untuk mencoba melakukan perjalanan ke masa depan.
Masa depan yang ia kunjungi mempunyai kondisi yang beragam. Ada masa
ketika buku-buku tidak lagi dalam bentuk lembaran kertas tetapi hanya
dibuka melalui sebuah layar. Ada masa ketika terjadi lagi peperangan
besar, semacam perang dunia ketiga. Dan ada masa ketika kondisi bumi
semakin kacau karena bulan terpecah. Masa terakhir tempat imuwan itu
mendarat sekitar tahun 30.000-an. Di masa itu bulan tidak lagi berbentuk
lingkaran di langit, tapi separuhnya sudah berupa pecahan-pecanan kecil.
Kehidupan manusia masa itu seperti kembali ke zaman primitif. Mereka
membangun rumah di dinding-dinding jurang. Setiap hari mereka berjuang
bertahan hidup dari predator mutan yang bersembunyi di bawah tanah. Di
akhir cerita, sang ilmuwan memilih tinggal di masa depan.
Terkait dengan waktu, Imam Al Ghazali pernah memberikan 6 pertanyaan
pada muridnya. Salah satu dari pertanyaan itu berbunyi, “Apa yang paling
jauh dari diri kita ?”. Murid-muridnya menjawab negeri Cina, bulan,
matahari dan bintang-bintang. Imam Al Ghazali membenarkan tetapi yang
paling benar, kata beliau, adalah “Masa Lalu”. Karena walau dengan cara
apapun, manusia tidak akan bisa kembali ke masa lalu.
Banyak hikmah yang bisa dipetik mengapa Allah membuat waktu tidak
bisa diputar, tidak bisa diundur, tidak bisa dipercepat dan juga tidak
bisa dilipat. Di antaranya agar manusia belajar menjaga hari-harinya
dengan kebaikan. Waktu adalah makhluk yang mulia, Allah bahkan bersumpah
dengan waktu dalam surah Al Ashr, bahwa manusia berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
nasihat menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran. Hasan Al Basri berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.”
Detak jantung kita bahkan lebih gamblang mengajarkan bahwa hidup
manusia itu bukanlah bilangan tahun, bulan, atau hari. Tetapi ia terdiri
dari detik-detik yang bila Allah menghendaki, bisa berhenti kapan saja.
Hikmah lainnya adalah agar manusia belajar tentang penyesalan.
Penyesalan selalu menjadi awal yang baik untuk memperbaiki hidup di masa
mendatang. Andaikan waktu bisa terputar kembali, maka dunia akan kacau.
Andaikan waktu bisa terputar kembali, maka kamus manusia tidak akan
mengenal kata sesal dan manusia tidak akan pernah belajar apapun. Dan
tanpa belajar, maka hidup menjadi tak berarti apa-apa.
Setiap manusia punya catatan masa lalu yang berbeda-beda satu sama
lain. Ada yang biasa-biasa, ada yang cerah menyenangkan dan ada pula
yang kelam. Bagaimana pun kondisi kita di masa lalu, selama nafas belum
terhenti, maka tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Masa
depan pun adalah hal yang tidak pasti. Kita tak pernah tahu kondisi
seperti apa akhir hidup kita nanti. Hari ini mungkin kita masih semangat
menuntut ilmu, masih semangat beribadah, masih memperhatikan
koridor-koridor yang telah ditetapkan, masih konsisten dengan pakaian
yang dipakai. Tapi tak ada yang menjamin kebaikan dan nikmat hidayah
yang Allah berikan saat ini akan terus bertahan sampai akhir.
Hati manusia berada di antara jari-jari Allah. Ketika Allah tidak lagi
menginginkan kebaikan pada seseorang, DIA bisa dengan mudah
membalikkannya. Kita tak pernah tahu ujian macam apa yang menunggu kita
dan sekuat apa kita bertahan menghadapinya. Kita hanya bisa terus
belajar, terus berusaha, terus berdoa agar kebaikan menyertai kita di
akhir masa. Semoga Allah selalu meninggalkan keimanan dan keistiqamahan
dalam hati-hati kita. Dan semoga Allah tak pernah membiarkan kita
mengurus diri kita sendirian. Aamiin.