19 December 2012

If I Stay

“Kadang-kadang kau membuat pilihan dalam hidupmu dan kadang-kadang 
pilihanlah yang memilihmu” 
~Gayle Forman~ 

If I Stay bercerita tentang seorang remaja bernama Mia yang dihadapkan pada dua pilihan, tetap tinggal dan bertahan hidup atau memilih pergi. Mia adalah pemain cello berbakat yang memilih aliran klasik sebagai jalur musiknya. Dia mewarisi bakat musik dari ayahnya yang mantan drummer sekaligus penulis lagu. Mia mempunyai keluarga yang menyayanginya dan masa depan cerah setelah diterima di sekolah musik terkenal dengan beasiswa penuh. 

Tapi hidupnya berubah hanya dalam hitungan menit ketika mobil yang membawa mereka sekeluarga mengalami kecelakaan. Ayah, ibu dan adiknya tewas sementara ia berada dalam keadaan koma akibat tulang-tulang yang patah. Entah bagaimana menyebutnya, tapi saat koma, Mia mendapati dirinya masih seperti manusia normal. Hanya saja, ia tidak berada di dalam jasadnya. Disebut hantu juga bukan, karena dia belum mati, tidak bisa menembus dinding tapi juga tak terlihat orang lain. Saat koma, Mia menceritakan kehidupannya dimulai sejak ayah dan ibunya belum menikah sampai sebelum mereka mengalami kecelakaan. Dari situlah Mia dihadapkan pada pilihan antara menyusul ayah, ibu dan adiknya yang telah mendahului atau tetap tinggal bersama orang-orang yang masih menyayanginya. Novel ini lebih banyak menceritakan tentang kehidupan keluarga dan persahabatan. 

Saya terkesan karena tidak menemukan kesan cengeng di dalamnya. Karakter-karakternya juga realistis. Kita tidak disajikan diksi yang indah atau hal-hal klise. Kita malah bisa menemukan kebrutalan yang terselip dalam suatu pilihan. Bahasa yang dipakai juga sederhana tapi dalam dan menyentuh. Terima kasih kepada si pengalih bahasa, Poppy D. Chusfani yang membuat buku ini nyaman dibaca dalam bahasa Indonesia. Latar waktu dalam novel ini hanya sekitar 24 jam. Pagi hari, tepatnya pukul 07.16, Mia memutuskan pilihannya. 

Pilihan yang dipilih Mia di akhir cerita sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan saya karena dalam beberapa hal, *spoiler alert*, saya suka bila ceritanya berakhir mati. Novel ini sangat menghibur di tengah antrian tugas yang mendekam dalam folder (-_-“). Ada kesan ajakan dalam novel ini untuk memiliki keluarga normal dibanding gaya hidup bersama tanpa ikatan yang banyak diadopsi orang-orang barat. Saya suka penggambaran Mia tentang keluarganya. Membaca novel ini mengingatkan saya pada ayah. Bagaimana seorang laki-laki harus melepaskan banyak hal dalam hidupnya, mengekang kebebasannya dan meninggalkan hobinya ketika mereka memutuskan untuk berkeluarga. 

Aku tidak memilih
Tapi aku sudah letih 
Dan keputusan ini kuambil sejak dulu
Semalam, yang telah lalu
(Waiting for Vengeance)
 
;