pilihanlah yang memilihmu”
~Gayle Forman~
~Gayle Forman~
If I Stay bercerita tentang seorang remaja bernama Mia yang dihadapkan pada dua pilihan, tetap tinggal dan bertahan hidup atau memilih pergi. Mia adalah pemain cello berbakat yang memilih aliran klasik sebagai jalur musiknya. Dia mewarisi bakat musik dari ayahnya yang mantan drummer sekaligus penulis lagu. Mia mempunyai keluarga yang menyayanginya dan masa depan cerah setelah diterima di sekolah musik terkenal dengan beasiswa penuh.
Tapi hidupnya berubah hanya dalam hitungan menit ketika mobil yang
membawa mereka sekeluarga mengalami kecelakaan. Ayah, ibu dan adiknya
tewas sementara ia berada dalam keadaan koma
akibat tulang-tulang yang patah. Entah bagaimana menyebutnya, tapi saat
koma, Mia mendapati dirinya masih seperti manusia normal. Hanya saja, ia
tidak berada di dalam jasadnya. Disebut hantu juga bukan, karena dia
belum mati, tidak bisa menembus dinding tapi juga tak terlihat orang
lain. Saat koma, Mia menceritakan kehidupannya dimulai sejak ayah dan ibunya belum menikah sampai sebelum mereka mengalami kecelakaan. Dari situlah Mia dihadapkan pada pilihan antara menyusul ayah, ibu
dan adiknya yang telah mendahului atau tetap tinggal bersama orang-orang
yang masih menyayanginya. Novel ini lebih banyak menceritakan tentang
kehidupan keluarga dan persahabatan.
Saya terkesan karena tidak menemukan kesan cengeng di dalamnya. Karakter-karakternya juga realistis. Kita
tidak disajikan diksi yang indah atau hal-hal klise. Kita malah bisa
menemukan kebrutalan yang terselip dalam suatu pilihan. Bahasa yang
dipakai juga sederhana tapi dalam dan menyentuh. Terima kasih kepada si
pengalih bahasa, Poppy D. Chusfani yang membuat buku ini nyaman dibaca
dalam bahasa Indonesia. Latar waktu dalam novel ini hanya sekitar 24
jam. Pagi hari, tepatnya pukul 07.16, Mia memutuskan pilihannya.
Pilihan yang dipilih Mia di akhir cerita sebenarnya tidak sesuai
dengan keinginan saya karena dalam beberapa hal, *spoiler alert*, saya
suka bila ceritanya berakhir mati. Novel ini sangat menghibur di tengah
antrian tugas yang mendekam dalam folder (-_-“). Ada kesan ajakan dalam
novel ini untuk memiliki keluarga normal dibanding gaya hidup bersama
tanpa ikatan yang banyak diadopsi orang-orang barat. Saya suka
penggambaran Mia tentang keluarganya. Membaca novel ini mengingatkan
saya pada ayah. Bagaimana seorang laki-laki harus melepaskan banyak hal
dalam hidupnya, mengekang kebebasannya dan meninggalkan hobinya ketika
mereka memutuskan untuk berkeluarga.
Aku tidak memilih
Tapi aku sudah letih
Dan keputusan ini kuambil sejak dulu
Dan keputusan ini kuambil sejak dulu
Semalam, yang telah lalu
(Waiting for Vengeance)
(Waiting for Vengeance)