06 February 2013

Dear You


Suatu waktu, seorang ayah pernah menulis pesan pada anaknya,
“Anakku, hari ini, usiamu genap sekian tahun. Ayah menulis ini bukan untuk mengucapkan selamat. Hanya saja, ayah takjub, betapa cepatnya waktu berlalu.”

Betapa cepat waktu berlalu. Betapa melenakan makhluk itu. Membuat kita acap kali melontarkan kalimat, “rasanya seperti baru kemarin”, sementara “kemarin” yang dimaksud adalah suatu hari bertahun-tahun yang lalu. Besok usianya genap mencapai angka yang dianggap sebagai titik kritis bagi perempuan yang masih sendiri. Yah begitulah, orang-orang hanya melihat angka lalu berkomentar sana-sini. Padahal itu di luar kendali manusia.

“Hidupku sudah cukup. Kupikir tak perlu ada tambahan orang lain dalam kesendirianku.”, katanya suatu hari. Yah, sepakat. Kita memang tak begitu mempermasalahkannya, tapi kita hidup di tengah manusia yang selalu saja berkicau tentang waktu dengan pertanyaan patennya, “Kapan ?”. 

Untuk sepupuku yang ajaib, aku berharap kau dikaruniai mahram bukan karena tuntutan waktu, tapi lebih agar kau tak lagi selalu berkendara sendirian, atau terlelap kedinginan. Aku berharap ada seseorang yang bisa membersamaimu dalam kesulitan. Seseorang yang bisa melindungi dan menjagamu. Seseorang yang mampu mengisi ruang-ruang kosong di sana, di hati.
 
;