Beberapa waktu belakangan ini saya kerap bertemu dengan satu istilah : Deja vu.
Saya bisa mengalaminya ketika sedang kuliah, ketika makan, membaca,
mendengarkan orang lain bercerita, mencuci, mengendarai motor, sampai
saat mengetik di depan laptop. Setahu saya, fenomena psikologis ini berkaitan dengan usia, semacam penyakit ingatan seperti Alzheimer.
Yah, saya tahu saya memang tambah tua. Tapi semoga kepala dan ingatan
saya baik-baik saja.
***
Suatu sore saya melanggar peraturan lalu lintas dengan membonceng
teman tanpa memakai helm. Sejak awal teman yang saya bonceng sudah
khawatir tapi saya bilang santai saja. Beberapa menit kemudian
kekhawatirannya terbukti. Beberapa meter sebelum memasuki pintu 1
kampus, terdengar deru motor lain diiringi teguran
berat suara laki-laki. Saya melirik spion dan menjerit dalam hati begitu
melihat motor besar warna putih yang dikendarai seorang polisi lalu lintas
sudah mengekor di belakang saya. Tilang, tilang, tilang, hanya
kata itu yang terus berputar di kepala saya. Saya sudah bersiap-siap
menepi dan menguat-nguatkan diri kalau sampai dimarahi di depan umum.
Anehnya, selesai menegur pak polisi itu malah langsung pergi. Tidak ada
marah-marah, tidak ada tilang-tilangan. Saya melongo sebentar lalu
menutup mata dan menghembuskan napas kuat-kuat. Lega. Saya tahu saya
salah, tapi terima kasih atas kebaikannya, Pak Polisi.
***
Awal tahun selalu menjadi momen tebak-tebakan buat saya. Saya lupa
sejak kapan ayah mulai rutin memberi hadiah setiap tahun. Kadang diberi
di awal tahun, kadang juga di tengah atau akhir tahun. Hadiahnya
bermacam-macam mulai dari jam tangan, hp, sandal, sepatu, jilbab, dompet
dan lain-lain. Lucunya, beberapa di antara hadiah itu adalah
benda-benda yang bergaya khas laki-laki. Jam tangan dan sandal misalnya,
yang bila dilihat dari penampakan dan warnanya, siapapun tahu itu
dibuat untuk laki-laki. Kecuali untuk jilbab dan hp. Ibu sering meminta
saya memakai jilbab warna pink, ungu muda atau warna cerah lainnya yang
selalu saya tolak. Bagi saya, biru gelap, hitam, abu-abu dan cokelat tua
sudah cukup untuk warna jilbab sehari-hari. Beberapa tahun belakangan
ini, kebanyakan hadiah dari ayah berupa buku. Saya paling suka diberi hadiah
buku, asal bukan buku gambar. Terakhir ayah menghadiahkan bukunya Dr.
‘Aidh al-Qarni yang berjudul Menjadi Wanita Paling Bahagia. Tahun ini apa ya kira-kira ? :)
***
Selepas ujian semester kemarin, saya menghabiskan waktu mendekam di
kamar. Hujan terus turun sepanjang hari. Kebiasaan yang sering saya
lakukan dalam suasana seperti ini adalah membuka jendela lebar-lebar,
membiarkan angin meniup-niup kain gorden, lalu menyeduh segelas milo, duduk bersandar menghadap jendela dan larut dalam
bacaan. Sore harinya saya kelaparan karena seharian belum makan. Di luar
masih hujan tapi rasa lapar mendorong saya mengambil kunci motor dan
keliling mencari makan. Sepulangnya saya menggigil kedinginan. Tapi ada
sebungkus nasi goreng yang cukup untuk menghangatkan diri. Hidup itu
kadang sederhana saja, seperti hari ini.