Bismillah,
Sebenarnya keinginan mengganti nama blog sudah terlintas sejak
beberapa waktu lalu. Pertama kali membuat blog ini, saya tersangkut pada
alamat dan judul, tak tahu mau diberi nama apa. Dan karena niat awal
juga tidak ingin dipublikasikan (hanya beberapa orang yang diberitahu),
sehingga nama Himitsuki diambil begitu saja dari sebuah gambar bulan.
Tapi rupanya nama itu tidak cocok disematkan pada blog ini. Sehingga
mulai terpikir untuk mencari nama lain.
Nama yang pertama kali muncul di kepala adalah Catatan Larut Malam.
Ini karena saya keseringan menulis ketika malam sudah mendekati
perbatasan. Tapi setelah dipikir-pikir, rasanya kok bernuansa mistis ya.
Nama lain pun ikut-ikutan muncul, semisal Ratapan Anak Rantau. Dipikir-pikir lagi, kedengarannya seperti film sedih yang dirilis puluhan tahun lalu. Atau mungkin bagus kalau diberi nama Memoar Pecandu Donat. Ini mulai ngelantur.
Karena tidak dapat juga, akhirnya kamus pun dijadikan alternatif
bantuan. Hasilnya lumayan. Ada beberapa nama yang berhasil lolos masuk
nominasi. Beberapa di antaranya terdengar puitis gimanaaa gitu. Saya jadi geli sendiri membacanya. Sepertinya aroma puitis memang tidak
cocok untuk blog ini. Kamus ditutup, tak ada hasil. Mouse saya arahkan
ke folder lain yang bertuliskan LOTR. Setelah sekian lama akhirnya
ketemu lagi sama film metafora futuristik ini. Kangen melihat
petualangan tiga kawanan unik. Satunya berasal dari bangsa manusia,
satunya dari bangsa peri (Elf) dan satunya lagi dari bangsa kurcaci
(Dwarf). Siapa lagi kalau bukan Aragorn, Legolas dan Gimli. Tak
ketinggalan pula empat kawanan hobbit dari Shire, Frodo, Samwise, Merry
dan Pippin serta si kepala suku, Gandalf si Kelabu. Yang awalnya niat
mencari nama, malah berakhir dengan nonton maraton trilogi The Lord of The
Ring. Tak disangka, justru dari film inilah saya menemukan nama yang
sepertinya cocok.
Bermula ketika pasukan bantuan yang dipimpin oleh Haldir tiba di
Helms Deep atas perintah Elrond, penguasa Rivendell. Prajurit perang
bangsa peri ini memakai jubah biru laut bertudung kepala lengkap dengan
senjata busur dan anak panah. Saya suka melihat jubah yang mereka pakai,
panjang dan lebar. Juga busur dan panah warna emas khas bangsa Elf.
Jubah semacam itu juga mengingatkan akan kejadian konyol yang terjadi
pada suatu malam tiga tahun lalu, ketika seseorang datang ke rumah dan
mengaku sebagai kembarannya Legolas. Saya kaget bukan main melihat
makhluk yang tertutup jubah cokelat tua bertudung kepala. Saat dia
tertawa terbahak-bahak, barulah saya sadar siapa sebenarnya orang itu.
Kalau tidak ingat dia adalah tamu, besar kemungkinan sepatu yang ada di
dekat kaki saya sudah mendarat di kepalanya. Perihal jubahnya, dia
mengaku kalau pakaian itu adalah produk cap karung yang tanpa sengaja
dia temukan di pasar. Hebat sekali.
Begitulah, nama ini biasa saja, tidak sepuitis yang lain. Malah mungkin
terdengar aneh. Tapi jadi lebih cocok dibandingkan nama sebelumnya.
Lagipula, blog ini kan latarnya memang warna biru. Biru itu warna air.
Biru itu pakaian langit di siang hari. Begitu saja. Tidak ada acara
potong kambing sebagai peresmian, hanya diawali lafadz Basmalah,
ditemani sekotak teh lalu ditutup dengan Alhamdulillah.