Waktu sedang meraut
usia, menabur remah-remahnya dalam sekat lembaran kitab. Seorang bijak pernah bernasihat,
manusia ibarat kumpulan hari. Tatkala hilang satu hari, hilang pula sebagian
diri. Layaknya dedaunan tercerabut satu demi satu. Layaknya air menguap tetes
demi tetes. Entah berapa lagi yang kini tersisa. Rahasia itu hanya milik Sang
Pencipta.
Waktu kerap
melenakan. Satu di antara dua nikmat yang sering luput dari perhatian. Lalu
pada titik tertentu tak sadar lisan pun berucap, betapa cepat waktu berlalu.
Mungkin ia lupa, waktu adalah makhluk yang tak pernah menunggu.
Waktu sedang
meraut usia. Segala niat, kata dan tindak tak ada yang luput. Yang terbersit
akan tercatat. Yang terucap akan tercatat. Begitu pun setiap amalan. Tak peduli
baik atau buruk. Hingga suatu ketika, ia tiba pada satu lembar terakhir.
Halaman penutup bernama maut. Lalu ke mana kesudahan kala itu ? Di pintu
manakah ia akan mengetuk ?