24 December 2011

Pesona Pakaian

Seorang wanita dengan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang. Mereka turun dari kereta api di Boston, dan berjalan malu-malu menuju kantor pimpinan Harvard University. 

Sesampainya di sana, sang sekertaris universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard bahkan tidak pantas berada di Cambridge. 

“Kami ingin bertemu dengan pimpinan Harvard,” kata sang pria lembut
“Beliau hari ini sibuk,” sahut sekertaris cepat
“Kami akan menunggu,” jawab sang wanita 

Selama empat jam, sekertaris itu mengabaikan mereka dengan harapan bahwa pasangan akan pergi. Namun nyatanya tidak. sang sekertaris mulsi frustasi, dan akhirnya memutuskan melapor kepada pimpinannya.
“Mungkin jika anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka kakan pergi,” katanya kepada sang pimpinan Harvard. 

Sang pimpinan menghela napas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika melihat dua orang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul. Sang pimpinan Harvard, dengan wajah galak, menuju pasangan tersebut. 

Sang wanita berkata kepadanya, “kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. tapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. Bolehkah ?” tanyanya, dengan mata penuh harap. 

Sang pimpinan tidak tersentuh. Wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut
“Nyonya,” katanya dengan kasar, “ Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini akan menjadi kuburan.”
“Oh, bukan,” sang wanita menjelaskan dengan cepat, “kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.”
Sang pimpinan memutar matanya. Dia sekilas menatap baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak,
“Sebuah gedung ?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung ? kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.”
Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. sang pimpinan Harvard senang. Mungkin dia terbebas dari mereka sekarang. 

Sang wanita menoleh kepada suaminya dan berkata pelan, “ Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja ?”
Suaminya mengangguk. Wajah sang pimpinan Harvard tampak bingung.
Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California. Di sana mereka mendirikan sebuah universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi dipedulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS. 
 ***
Pakaian atau apa-apa yang kita kenakan adalah hal yang paling mudah terlihat dari luar dan tidak jarang menipu mata. Kita seringkali tertipu sebab pesona pakaian bersifat instan, bisa dinilai dalam hitungan detik. Karenanya, kita gampang menjatuhkan nilai seseorang hanya dengan melihat tampilan luarnya. Seperti yang Andrea Hirata paparkan di Edensor tentang dilema seorang mahasiswa Indonesia yang menjadi guide bagi para petinggi yang ingin berutang. Saat para petinggi Jepang, yang memberi utang datang ke tempat pertemuan dengan memakai mobil mini bus carteran, sementara para petinggi Indonesia, yang berutang, datang satu per satu dengan limousine. Namun jika kita hanya melihat sekilas dari luar, semuanya akan tampak berbeda, bukan ?
 
;