23 June 2012

Merasa Beruntung

Kalau melihat anak-anak sekarang, saya sering merasa beruntung lahir dan menjalani masa kecil sebelum mereka. Waktu memang selalu membawa perubahan. Dulu, anak-anak lebih banyak bermain di alam terbuka. Mereka lebih sering menjelajah dan lebih dekat dengan alam. Lebih sering mandi di sungai, waktu bermain dihabiskan dengan mencari cacing sebagai umpan ikan, lebih sering tidur di atas pohon dibanding di kamar, sampai bertualang ke gua-gua yang dianggap keramat. Mainannya pun adalah warisan turun temurun seperti Engrang, kelereng, lompat tali, Tangkal, Asing. Sekarang semua jenis permainan itu terancam punah. Anak-anak lebih sering dibawa ke Time zone yang bisa dijumpai di pusat perbelanjaan. Area sempit yang kebanyakan mainannya plastik. Mereka jadi semakin asing dengan alam.


Sehabis shalat maghrib biasanya anak-anak akan tetap tinggal di masjid untuk belajar mengaji sampai masuk waktu shalat Isya. Semakin hari hal ini semakin jarang dijumpai. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya main PS atau game online dibanding mengaji. Orang tua juga lebih suka memanggil guru privat mengaji karena anak-anak tidak punya lagi semangat ke mesjid. Perubahan juga merembes pada gaya berpakaian. Anak perempuan generasi sebelumnya selalu memakai baju yang sopan meski berada di dalam rumah. Sementara saat ini, anak-anak SD pun tidak malu lagi keluar rumah dengan hanya memakai baju tali temali dan rok mini.

Bukan apanya, saya hanya bersyukur dengan hidup ini. Bersyukur lahir di tengah-tengah lingkungan yang masih menjaga budaya seperti itu. Bersyukur lahir di masa internet belum luas dipakai sehingga saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca buku dibanding duduk di depan laptop sambil online. Waktu memang selalu membawa perubahan tapi ada hal-hal yang patut dipertahankan.
 
;