“Tak disangka akan secepat ini, ia dibawa lari oleh seorang penculik”
-Seorang Kawan-
Beberapa hari lalu saya dan beberapa ‘personil’ lainnya diminta menginap di rumah seorang sahabat yang akan melangsungkan pernikahan. Katanya selain jadi babu sehari, kami juga berfungsi sebagai penetralisir dan tempat berkeluh-kesah pada detik-detik ia melepas status single. Saat berita ini ditulis, saya sempat menengok facebook dan teman saya itu baru saja mengganti statusnya dari single menjadi married. Timeline FB-nya pasti sudah dipenuhi ucapan selamat. Malam sebelum akad nikah berlangsung saya tak henti-hentinya mencubit pipinya, tak menyangka akan menikah secepat itu. Setelah dia bekerja, kami sudah tidak pernah lagi berkumpul dalam satu kepanitian. Padahal sebelum lulus, kami sering menghabiskan waktu di mesjid kampus, membicarakan berbagai kegiatan. Eh, tiba-tiba datang telepon tengah malam yang membawa kabar rencana pernikahannya.
Walaupun jarang bertemu karena jarak yang cukup jauh, kami sering berkomunikasi dengan saling lempar komentar tidak penting di Facebook. Kadang hanya untuk sebuah status –yang sama tidak pentingnya- bisa mengundang lebih 100 komentar dengan isi yang sudah menyerong kiri kanan. Kalau mengingat dia akan menikah rasanya seperti kehilangan. Setelah menikah dia pasti akan sibuk membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus suami. Bisa jadi porsi waktu balas-membalas komentar sudah tidak ada. Tidak ada lagi chatting tengah malam. Tidak ada lagi nginap bareng. Pagi harinya, tepat pukul 10.35 mempelai laki-laki selesai mengucap ijab qabul. Resmilah ia menjadi ‘tawanan penculik’.
Barakallah wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fii khair
Go-kekkon omedeto gozaimasu ^_^